Seingatnya Fayra tertidur lagi bersama Kasyapi, memeluk putranya, malah berakhir ia dipeluk Ragnala. Terbangun saat tangan suaminya sudah mencari kesempatan dalam kesempitan. Bila biasanya Fayra tidak bisa menolak, pengecualian sekarang. Ia tetap pura-pura tidur, sampai tangan suaminya sungguh mulai semakin menjadi, menggelisahkan. Dia langsung membuka mata dan bangun, semakin Ragnala merapatkan tubuhnya. Ragnala menarik lengannya, “mau ke mana?” tanyanya berharap Fayra masih bergelung di sana bersama. Fayra mencari ikatan rambutnya, saat akan merangkak mengambilnya, Ragnala mencekalnya dan ikut duduk. Saling berhadapan, “aku mau bangun, sudah siang. Kamu kalau mau lanjut tidur, tidur lagi saja sendiri. Asya sampai tidak mau keluar kamar dulu, atau mandi, menunggumu bangun.” “Kamu mas