“Kau sekarang bebas.”Kamania belum sepenuhnya sadar, tapi kalimat itu berhasil membuatnya membelalakkan mata. Baru tadi mereka ... saling membelit lidah, sekarang Rajata menyentaknya pada kenyataan. Detak jantung yang berdentum-dentum, kini seolah padam karena disiram dengan bentuk penyadaran. “Aku mengembalikan pilihan pada dirimu sendiri. Kau adalah pemilik tubuhmu sekarang, bahkan bisa memutuskan langkah apa yang kau ambil. Kau berhak menolak atau setuju, pada hal-hal yang orang lain katakan. Kau berhak membalas, jika mendapat kata-kata atau perilaku tidak menyenangkan. Bahkan kau bisa bebas ke manapun kau mau. Jangan biarkan orang lain menekan, menguasai, bahkan menawanmu lagi.” Mereka saling berhadapan, dalam jarak yang begitu dekat. Rajata menunduk, Kamania mendongak. Bibir mereka