Ferdi akhirnya menghubungiku, setelah tempo hari aku mengizinkan Marta memberikan nomor ponselku padanya. Kami saling bertukar kabar, baik melalui pesan singkat maupun sambungan telepon. Ia masih seperti dulu, pria manis yang selalu bisa melambungkan hatiku. Mengepakkan rasa bahagia hanya dengan mendengar suaranya yang mengalun indah. Sedikit menggombal, tapi tidak membuatnya terlihat seperti lelaki yang hobi penebar sejuta pesona. "Anyelir, kamu tahu persamaan kamu dan bulan?" tanyanya kala itu. "Apa?" "Sama-sama bersinar tapi sulit dijangkau," jelasnya yang seketika membuatku terdiam. Apa maksudnya? "Kamu menarik dengan caramu sendiri," sambungnya lagi. "Fer ...." Aku mengutuk lidahku yang mendadak kelu. Kami bahkan belum bertemu lagi setelah berbulan-bulan berlalu, tetapi entah m