Seis

1507 Kata
? Follow akun penulis Oldhaayunie(Martina) Happy Reading? Mikha tersadar sambil memijit keningnya.Seketika ia terbangun menatap kesekelilingnya . “aku pasti bermimpi, “ bisiknya lagi,menyakinkan dirinya untuk tetap tenang. Hingga terdengar bantingan pintu yang sangat kencang, air matanya jatuh begitu saja. “Berani-beraninya kau kabur tanpa seizin ku jalang , seharusnya kau senang bisa hidup mewah dan mendapatkan extra makanan bergizi. ” ucapan Sean sangatlah pedas,dan tidak berperasaan. "Jawab aku ,jalang kumuh.Hapus air mata mu ,dan tatap aku ." titah Sean lagi, mengepalkan tangan dengan sangat erat sambil menatap nyalang pada Mikha yang terus menunduk ,takut padanya. Dengan emosi dan tak terima harga dirinya jatuh lebih dalam, menghapus air matanya dengan kasar dan menatap tajam wajah iblis yang sangat ia benci . " Ini adalah hidup ku ,hanya aku yang bisa mengendalikannya ,bukan kau. Kemarin aku kabur karena aku terlalu benci untuk hidup disini bersama iblis.” Napasnya menggebu-gebu dan tersenyum sinis , “dari lahir pun nasib ku memang sudah jelek, ditambah kau memberi predikat jalang menambah beban dan hancur-nya hidupku.” “jika kau jijik pada ku maka lepaskan, jangan terus torehkan luka.Lepaskan aku.” Jelas Mikha. Sean tersenyum puas ketika berhasil mengintimidasi lawannya. “Munafik, jalang miskin yang penuh berbelas kasihan.Aku tahu kau sangat menginginkan kehidupan bergelimangan harta,semua wanita sama saja .Mengangkang dan berakhir mendapatkan pundi pundi dollar. “ “orang kaya seperti ku memang berhak mengatur hidupmu, apapun yang ada ditubuh mu bisa aku beli. Terlebih kau hanya jalang kumuh yang tak berhak mengatur hidup mu.Satu hal lagi,hanya aku yang bisa mendepak mu dari sini jika aku sudah bosan dengan lubang mu yang longgar, kau tahu aku menyukai lubang sempit. Jadi,perawatanlah dan puaskan aku .” Perkataan Sean membuat Mikha semakin tercebur kedasar lautan yang paling dalam.Sekali lagi ia mencoba bertahan, jika ia tak mampu akan ia akhiri hidup ini. Sean keluar dari kamar-nya dengan senyum puas,namun ia terhenti didepan pintu , mengingat sesuatu yang harus ia katakan. "Jaga diri mu baik -baik.Terlebih perut mu.” titah Sean menatap perut datar Mikha,dan pergi . Sedangkan Mikha terdiam membisu,hatinya seperti ditusuk ribuan paku sangat menyakitkan.Sudah cukup,ia tak bisa bertahan hidup lagi. Berlari menuju kamar mandi,membanting dan mengunci pintu kamar mandi .Dengan tangis dan teriakan sambil mengisi bathup dengan sangat penuh bahkan melimpah ketika ia masuk . “ Sudah cukup,aku capek.Terlebih harus mengandung anak mu adalah hal yang tak bisa kubiarkan. Biarkan ia ikut mati bersama ku.” Bisiknya sambil menenggelamkan seluruh tubuhnya. " Good bye" ucapnya didalam air sambil tersenyum puas,layaknya akan bebas. Sean tengah sibuk memeriksa berkas yang ada dimeja ruang kerja.Hingga kegelisahan itu muncul,dengan jalan perlahan keluar dari ruang kerja menuju kamar-nya dilantai tiga. Entah kenapa,ia meninggalkan lift yang sudah siap , malah berlari menaiki tangga dengan sangat cepat . “jalang .” panggil Sean dengan wajah pucat pasih. Mencari disetiap lorong pun kosong,hingga ia berhenti dim depan pintu kamar mandi. “Cepatlah keluar,jangan mandi terlalu lama.” Ucap Sean dengan senyum lega sambil menyeka keringat yang membanjiri keningnya. Hingga lima menit kemudian,perasaan gelisah itu muncul lagi.Menggedor pintu dengan sangat brutal ,dan dengan sangat frustasi ia menendang pintu itu dengan sangat kencang. “Mikha.” Untuk pertama kalinya ia memanggil wanita itu ,tanpa embel-embel jalang. Dengan cepat dan cemas, mengangkat tubuh Mikha yang mulai membiru dari dalam Bathub menuju rumah sakit. “Menggaji kalian dengan sangat tinggi namun kalian selalu lelet dalam bekerja, cepat bodoh .” marah Sean, memaki anak buahnya adalah hal biasa, sepanjang penerbangan menggunakan helikopter ia sibuk mengumpat dan sesekali memperhatikan wajah Mikha yang ada dalam rengkuhannya. -Biarkan aku mati dengan cara ku. sendiri.- “Nak .” panggil sepasang suami istri itu. Mikha yang menatap hamparan bunga cantik itu terkejut dan membalikan tubuhnya menghadap sepasang suami istri itu. "Siapa kalian?" tanya Mikha ,lembut. "Gadis kecil ku sudah tumbuh besar. "ucap wanita tua itu ,mendekati dan mengelus wajah pucat Mikha. "benar sayang,bahkan gadis kecil kita begitu mirip dengan diri mu ." timpal pria paruh baya itu. "kalian mengenali ku?" tanya Mikha penasaran. "Kami adalah orang tua mu." jawab mereka serempak dan air mata gadis itu kembali mengalir dengan sangat deras, " O-orang tua ku?" tanya-nya dengan terbata-bata. " Putri ku," ucap wanita itu sambil memeluk tubuh rapuh Mikha. " kami sangat merindukan mu, nak." timpal daddy sambil memeluk dua wanita kesayangannya. " Jagalah cucuku," ucap mommy sambil mengelus perut datar milik Mikha. " Aku tak peduli. Aku ingin ikut dengan kalian," " Belum saat-nya sayang, kami mencintaimu." Terdengar suara yang sangat ia kenali, “Ia sangat mencintai mu,nak.Kembalikah.Ia membutuhkan mu.” ucap Daddy menyakinkan putri-nya.Namun Mikha tetap kekeh akan pendiriannya. " Mommy, daddy don't go!" teriak Mikha yang terus mengejar kedua orang tuanya menuju cahaya putih .Tangisnya pecah ketika ia tak bisa menggapai mereka,untuk kedua kalinya ia kehilangan orang tuanya. " Mikha ,sadarlah .aku mohon !.” aku Sean sambil menepuk pipi tirus milik Mikha, para tenaga medis tengah sibuk memperjuangkan nyawa Mikha hanya untuk seorang Sean. “Oh god, kembalikan ia pada ku.” Aku Sean lagi, untuk pertama kalinya ia meminta pertolongan ada Tuhan hanya seorang nyawa Mikha yang tak berharga bagi dirinya. "Sir,sebaiknya anda keluar dulu.Kami akan menanganinya.” Bujuk perawat itu . “Kalian bekerja saja,aku akan tetap disini.Aku membayar kalian mahal hanya untuk mengembalikkan nyawanya jika tidak maka akan kubunuh kalian.” Geram Sean sambil menggengam tangan Mikha, erat. Para tenaga medis hanya bisa diam mematuhi Sean,dan kembali fokus bekerja . *** “Bangunlah.” Ucap Sean dengan sangat lembut , ia terus menggenggam tangan Mikha .Tepat hari ini,seminggu Mikha terbaring koma, berbagai banyak alat yang terpasang dalam tubuhnya .Namun tak ada tanda apapun,ingin sekali ia mencekik dokter yang menangangin Wanitanya ini. " MIKHA RUTCHER RIOS, COME BACK !" teriak Sean ,sangat frustasi menunggu . Seketika Mata itu terbuka, Mikha bingung menatap Sean yang tengah emosi bercampur cemas ,Jangan lupakan wajahnya yang sangat pucat pasih. “Apa aku bermimpi?” cicit Mikha yang merasakan gengangaman tangan Sean padanya. “Syukurlah.” Sean tersenyum lega dengan cepat ia memence bel disamping ranjang wanitanya. Setibanya dokter muncul, " Dokter, ia telah sadar.Aku menarik cacian dan umpatan ku padamu, bekerjalah dengan baik!.” Tutur Sean dengan wajah datarnya, sedangkan sang dokter hanya bisa tersenyum walau dalam hati bergetar karena takut. Tinggal mereka berdua, setelah sang dokter memeriksa dan keluar dari ruangan. Mikha hanya bisa terdiam dan terus menatap plafon putih itu, enggan menatap sean ataupun menghirup udara yang sama, ia sangat membenci pria itu. "Kau berhasil membuat ku cemas sekaligus marah pada mu.” aku Sean menatap tajam pada wanita didepannya yang sangat enggan melihatnya. " Padahal aku senang bisa bebas dengan cara mati.” Ucap Mikha sambil menatap plaffon itu tanpa berkedip sama sekali. " Berani -beraninya kau!” ancam Sean dengan suara melengking,untung saja ruangan ini kedap suara . Mikha menatap Sean heran."Seharus nya kau bahagia , bodoh." Ia bangun dan duduk sambil bersandar pada ranjang rumah sakit . Ia kecewa kepada Tuhan yang memberinya kesempatan untuk hidup. Ia kalut dengan pikiran-nya sendiri,mengabaikan Sean yang sudah emosi. "kesabaran ku telah habis, hampir saja kau merenggut anak ku !" teriak sean dengan nada penuh penekanan, melakukan kekerasan adalah hal yang wajar. Suara tamparan menggema diruangan itu, telapak tangannya membekas pada pipi kiri Mikha. Tanpa rasa sakit Mikha hanya bisa tersenyum kecut, ia lelah untuk menangis .Yang hanya bisa ia lakukan adalah menerima perlakuan kejam Sean padanya. "Masa depan ku telah rusak,ditambah kehadirannya menambah beban.Aku tak akan biarkan ia hadir dalam rahim ku, lebih baik ia ikut bersama ku,mati.” ucap Mikha dengan sangat lantang. Sean yang tak bisa sabar untuk kedua kali-nya ia menampar pipi kanan Mikha. " jalang kumuh yang tidak tau diuntung. Seharusnya kau bersyukur dirahimmu tertanam s****a milik Sean Rios. Mencoba membunuhnya ,maka aku sendiri yang akan memberi mu penyiksaan yang lebih parah hingga kau sendiri meminta ampun pada ku.“ Sean sangat murka, tak mengerti dengan jalan pikiran wanita tak tahu diri itu. " Aku sama sekali tidak takut padamu, pada akhirnya aku akan mati ditangan mu sendiri.” Sean terkejut ,namun ia tutupi ,wanita didepannya sudah kebal padanya. “Mulai menunjukkan taring ?, penilaian dan kecurigian ku selalu tepat sasaran.” Ejek Sean Melihat pisau apel disamping kiri mejanya, dengan cepat Mikha mengambil dan hampir menancapkannya pada perut nya jika Sean tidak mengambilnya dengan cepat. “Kau gila!.”teriak Sean ,kuku tangannya memutih.Untung saja ia menahan untuk tidak mencekek leher jalang itu. “Aku memang sudah gila. Kau lah pelakunya ” teriak Mikha mencoba merampas pisau itu dari tangan kirinya Sean. Dengan cepat ,Sean melempar pisau itu ke lantai dan langsung memecet tombol merah itu. Dokter datang ,melihat pasiennya mengamuk langsung saja ia meng-calling melalui alat kecil yang selalu ia bawa . Sean dan dokter kewalahan mencoba menahan Mikha namun tenaga wanita itu sangatlah kuat. Padahal tubuhnya sangatlah kecil . Para perawat bermunculan dan langsung memegang Mikha . “ AKU SANGAT MEMBENCIMU. SAMPAI AKU MATI PUN ,TAK AKAN PERNAH MEMAAFKAN MU!" teriak Mikha menatap tajam pada Sean yang sudah mulai menjauh . “bius.” Titah sang dokter pada perawat ,hingga dalam hitungan detik mikha mulai tenang dan tertidur.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN