Lian memaksa kakinya melangkah, masuk ke ruang antara. Susah payah ia menahan diri agar tak justru mengejar Kane. Lian masih butuh waktu untuk mencerna apa yang sudah terjadi … soal harga cincin yang tak masuk akal, soal Kane yang tiba-tiba diam, soal Katya, dan juga soal lima puluh lima juta. Pikirannya kusut! Kedua tangan Lian menyeka air mata, baru kemudian ia membuka pintu kedua, pintu yang membawanya masuk ke unit yang menjadi tempat tinggal utamanya sejak Aya dan Thea lahir. Saat kakinya menapaki ruang tengah, Zhen dan Isla memandangnya iba. Lian mendengkus keras, berusaha tak peduli. ‘Pasti lihat gue ribut dari CCTV.’ “Dek?” cicit Zhen, nyaris tak terdengar. Namun Lian menoleh, hanya menatap Zhen dengan wajahnya yang tengah mendung. Zhen mendengkus, tapi tak juga terucap sepatah k

