Lian sebenarnya tidak peduli dengan ponselnya yang bergetar di atas meja. Seperti yang ia katakan tadi, ia terlalu malas berinteraksi satu arah dengan alat komunikasinya. Namun, memerhatikan ponsel Kane, tentu beda cerita. Secantik dan sekaya apapun Lian, tetap saja ia kepo saat melihat notifikasi chat masuk ke ponsel kekasihnya. “Mas, ada chat tuh.” “Biarin aja.” “Kalau ternyata dari rumah sakit gimana?” Padahal, jika itu dari rumah sakit, yang masuk bukanlah chat, namun panggilan suara. Bahkan jika itu terkait Fathan, pasti Kane akan ditelpon, bukan dari pesan teks. Lian mencengir lebar, tatapan Kane terasa memergokinya. “Kepo aja!” canda Kane. “Biarin! Kan kepoin jodoh sendiri, biar ga jadi jodoh orang!” “Ternyata calon istri aku begini ya?” “Apa?” “Posesif.” “Mengingat track

