Aksa mengusap keringat di wajah Syifa ketika anak itu menjalani kemoterapi. Sementara Resa—seperti biasa, mendekap tubuh sang putri. Napas Syifa terengah. Sudah hafal dengan rasa sakit ketika harus menjalani pengobatan untuk membunuh sel-sel kanker yang mencoba menggerogoti tubuh kecilnya, kali ini Syifa tidak terlalu banyak berteriak seperti sebelumnya. Pun tangisan anak itu tidak sedahsyat awal-awal Syifa merasakan yang namanya kemoterapi. Sempat di satu waktu Syifa sampai pingsan karena tidak mampu menahan rasa sakitnya. “Masih sakit?” Resa bertanya seraya mengeratkan pelukannya. Ibu dua anak itu menghembus pelan napasnya, merasakan anggukan kepala sang putri. “Sebentar lagi Syifa pasti sembuh. Sekarang obatnya sedang berperang melawan penyakitnya Syifa.” Syifa menganggukkan kepala.