Vera merasa hidupnya sudah tidak ada artinya lagi. Dia sudah kehilangan semuanya. Kena kanker, lalu cacat. Kenapa dia tidak pergi saja bersama Dio? Kenapa dia masih bernafas di dunia? Sementara dia tidak akan bisa melakukan apapun sekarang. Bahkan hidupnya harus bergantung pada pertolongan orang lain. Dan seolah semua penderitaannya masih belum cukup, sekarang di depannya berdiri dua orang polisi. Vera meremas-remas telapak tangan yang terasa berkeringat. “Kenapa Ibu menyeberang jalan tiba-tiba? Ibu tahu kan, jalanan saat itu sedang cukup ramai. Ada sepeda motor, juga mobil.” Vera berdehem mendapati tatapan menelisik sang penanya. Wanita itu menelan saliva. “Jaraknya masih jauh, Pak. Saya tidak tahu kalau pengendara itu tidak mau mengurangi kecepatan.” Vera menjawab. Vera berusaha untuk