Resa benar-benar bingung, kenapa Aksa tetap memintanya memilih opsi kedua. Oh, bukan lagi memintanya untuk memilih. Pria itu membuat opsi kedua tersebut sebagai syarat menerima opsi pertama. Bukankah itu aneh? Resa sungguh tidak paham. “Maaf, Pak Dokter. Bukankah Pak Dokter sudah punya calon istri?” tanya Resa ketika mengingat pria itu pernah datang ke butik untuk membeli dres. Sepasang mata wanita itu mengedip. “Apa, calon istri Pak Dokter … pergi meninggalkan Pak Dokter?” tanya Resa lagi. Sekarang mulai masuk akal, batin Resa. Mungkin, pria di depannya ini sudah mempersiapkan pernikahan, namun calon pengantinnya kabur. Seperti di film atau novel-novel itu. Lalu, pria di depannya ini mencari istri pengganti karena tidak mau keluarganya malu. Lipatan di kening Aksa bertambah. “Calon ist