Bab 100.

2011 Kata

Syifa akhirnya tidak lagi mencoba mengingatkan sang adik, ketika Jannah menangis sambil mengerang kesakitan memegangi kepalanya. Syifa merasa bersalah. Anak itu diam memperhatikan sang adik yang sedang ditangani oleh dokter. Syifa menarik napas—tersengal saat berusaha untuk menahan isak tangis yang sudah akan lolos dari bibirnya. Dia sedih melihat sang adik kesakitan. “Bukan salah Syifa. Jangan menangis. Jannah akan baik-baik saja.” Ratih menggenggam telapak tangan Syifa yang tidak tertancap jarum infus. “Iya, Sayang. Bukan salah Syifa. Syifa tenang, ya?” Sang nenek ikut menimpali. “Bagaimana, Dok?” tanya Aksa yang tidak jadi beristirahat ketika melihat Jannah kesakitan. Pria itu berdiri di sisi ranjang—berseberangan dengan sang dokter dan juga Aris. “Saya terpaksa memberinya obat tid

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN