Sinta menyandarkan tubuhnya di kursi kerja Gio, memutar kursi itu sedikit ke kiri dan ke kanan seolah ia adalah pemilik ruangan tersebut. Wajahnya tampak tegang, tapi bibirnya tersenyum sinis. “Aku baru saja ketemu Magika,” katanya tiba-tiba dengan nada menyindir, membuat Gio yang sedang berdiri di depannya mengernyitkan alis. “Magika?” tanyanya, mencoba memahami maksud istrinya. Sinta langsung bangkit dari kursi, berdiri dengan gerakan cepat dan penuh emosi. “Iya, perempuan yang waktu itu di restoran menuduh aku pelakor, tapi ternyata dia sendiri yang pelakor. Kamu jangan pura-pura lupa ya, Mas!” Kini mereka berdiri berhadapan, jarak hanya beberapa langkah. Gio menghela nafas panjang, mencoba meredam ketegangan. “Sayang, itu sudah berlalu. Aku kan sudah minta maaf soal itu. Ayolah,” p

