Ponsel Magika tiba-tiba berdering, mengganggu lamunannya di depan cermin. Ia meraihnya dari meja rias dan memeriksa nama yang tertera di layar. Seketika, keningnya berkerut. "Beb Gio," terbaca di sana. Magika mendesah kesal, menyadari bahwa ia bahkan belum sempat mengganti nama kontak lelaki itu setelah semua kekacauan yang terjadi. "Untuk apa dia menelepon?" pikir Magika, setengah ragu. Namun, rasa penasaran mengalahkan segalanya. Ia akhirnya menggeser layar dan menjawab panggilan itu. "Halo," ucapnya dengan nada datar. Dari seberang telepon, suara Gio terdengar berat namun tajam. "Kamu masih kenal aku, Magika?" tanyanya. Magika mendengus kecil. "Ya, tentu saja. Kenapa? Untuk apa menelponku?" balasnya tanpa basa-basi. Gio terdiam sesaat sebelum akhirnya berkata, "Kamu jangan coba-coba

