Dengan niat itu, Terama akhirnya bangkit dari sofa, mencoba mengusir rasa khawatir yang terus menggelayuti pikirannya. Tapi pertanyaan itu tetap menggantung di hatinya: "Apa Magika benar-benar bahagia?" Magika duduk di depan meja rias, tangannya lincah menyapukan blush on ke pipinya yang sudah dihias rapi dengan make up. Wajahnya terlihat serius, namun cantik dengan polesan yang sempurna. Tiba-tiba ponselnya bergetar di atas meja rias, menampilkan panggilan video dari Juan. Magika langsung meraih ponsel itu dan menerimanya. "Halo, Mas," sapanya sambil tetap fokus merapikan riasannya. Di layar, Juan tersenyum ringan. "Kamu masih siap-siap ya, Sayang?" Magika menjawab sambil memeriksa riasannya di cermin, "Iya, ini sudah hampir selesai. Kenapa?" Juan membalas, "Sebentar lagi aku sampai.

