"Hai, jadi pelakor lelaki mana lagi?" Suara itu penuh dengan kebencian dan tuduhan, membuat Magika sejenak tertegun. Magika memandang ke arah sumber suara dan melihat seorang wanita berjalan mendekat dengan langkah penuh amarah. Wajah wanita itu terlihat familiar, tetapi Magika tidak bisa langsung mengingat siapa dia. Wanita itu berhenti tepat di hadapan Magika, matanya menyala penuh emosi. "Maaf, Anda siapa ya?" tanya Magika dengan sopan, mencoba mencari tahu identitas wanita tersebut. Wanita itu mendengus, tampak terkejut dan kesal. "kamu lupa sama aku atau pura-pura lupa?" katanya dengan nada menyindir. Magika menghela nafas, menahan rasa kesalnya. "Maaf, saya memang tidak pandai mengingat wajah orang," ucapnya dengan tenang, meski wajahnya menunjukkan ketidaksukaan. Wanita itu ber

