"Memangnya ada peraturan kalau sekretaris harus berpakaian seksi yang bikin cowok-cowok ngiler?" Julian bertanya pada Kevin dengan sorot mata marah.
"Tidak ada peraturan seperti itu kok, Pak. Tapi kalau Tuan Stefan memang menginginkan tim yang tidak hanya handal soal pekerjaan, tapi juga soal penampilan. Poin itu katanya bisa menampilkan seberapa kuat tim yang dimiliki dan mampu mengintimidasi lawan." Kevin menjawab dengan tenang. Sebelum menjadi asisten pribadi Julian, Kevin sempat bekerja selama satu tahun menjadi sekretaris pribadi Stefan.
"Tapi nggak harus pakai rok ketat yang pendek dong, Kevin, itu sama aja kayak jual diri!"
"Yang dipakai sama Maulia nggak seberapa seksi, Pak. Kalau Bapak mau buktikan langsung mari saya antar ke ruang sekretaris supaya Bapak bisa lihat seperti apa cara berpakaian mereka." Kevin yang diberi kepercayaan oleh Stefan untuk menjadi asisten Julian diperkenankan membantah peraturan yang sudah dibuat oleh Stefan sebelumnya semasa jabatannya.
"Ok, antar aku sekarang!" Julian pun segera bangkit dari kursi kebesarannya untuk pergi ke ruang sekretaris, tempat Maulia berada saat ini untuk perkenalan sebelum bertugas di meja kerjanya yang berada tepat di depan ruangan Julian.
Tidak jauh dari ruangannya, Julian tiba di ruang sekretaris yang cukup luas dan terdapat 6 buah cubicle dengan meja panjang dan kursi kerja. Pandangan Julian langsung tertuju pada Maulia yang terlihat tengah menatap salah satu komputer di meja kerja pria dengan posisi setengah membungkuk dan tangan yang disandarkan di atas meja untuk bertumpu. Maulia beberapa kali tersenyum saat mendengar penjelasan dari pria yang sama-sama baru bekerja di lantai 12 mulai hari ini.
Julian tampak marah melihat pemandangan itu. Ia berdehem dan membuat staf khusus yang merupakan tim baru yang dibentuk atas keinginannya segera berdiri dari kursi masing-masing dan meninggalkan pekerjaan mereka untuk memberi salam hormat pada Julian yang mengunjungi ruang sekretaris secara mendadak tanpa pemberitahuan. Begitupun dengan Maulia yang langsung berdiri tegak.
"Selamat pagi, Pak Julian. Ada yang bisa kami bantu?" tanya salah satu sekretaris cantik yang berpakaian seksi juga ketat membentuk tubuh.
Di dalam ruangan itu ada 5 sekretaris wanita dan 1 sekretaris pria. Benar kata Kevin, pakaian sekretaris yang lain jauh lebih seksi dari apa yang Maulia kenakan. Rok milik Maulia bahkan lebih panjang dibanding rok sekretaris yang lain. Jika Maulia mengenakan kemeja longgar lengan panjang, sekretaris yang berada di ruangan itu mengenakan kemeja ketat dengan tiga kancing atas yang dibiarkan terbuka, dan ada juga yang mengenakan blazer sebagai penutup dalaman yang terbuka. Sementara sekretaris pria yang ditatapnya dengan tajam mengenakan pakaian formal lengkap dengan jas dan dasi.
"Bagaimana, Pak, apa ada yang bisa kami bantu?" Tak mendapat jawaban atas pertanyaan sebelum, sekretaris Natika kembali bertanya.
"Tidak ada! Saya hanya ingin melihat bagaimana interior ruangan ini. Sepertinya harus ada beberapa yang diganti agar enak dilihat!" Julian menjawab dengan asal agar alasan kedatangannya ke sana dianggap masuk akal.
"Baik, Pak. Kami setuju."
"Ok, nanti biar asisten saya yang urus!" jawabnya untuk mengakhiri percakapan dan kembali ke ruangannnya. Namun, sebelum itu Julian menatap Maulia tajam. "Kamu ke ruangan saya sekarang!" titahnya dan langsung beranjak pergi.
Tentu saja Maulia menurut, meninggalkan ruang rekan-rekannya, dan pergi ke ruang Julian.
"Kamu ngapain aja di ruangan itu lama banget?" Julian langsung melontarkan pertanyaan itu Maulia tiba di ruangannya. Sementara Kevin kini berada di ruang sebelah.
"Tadi saya perkenalan sama mereka, Pak. Terus ada beberapa pertanyaan yang saya jawab dari mereka. Ada apa ya, Pak?"
Julian yang kesal langsung membanting balpoin yang ia ambil dari meja kerja. Maulia terlonjak melihat hal itu dan mundur satu langkah.
"Kamu tau nggak sih, Maulia, kalau aku nggak suka sama perempuan yang kelihatan murahan, dan aku nggak mau punya sekretaris yang nggak bisa jaga sikap!"
"Salah saya apa, Pak?" Tentu Maulia tidak sadar kesalahannya apa dan ia ingin mengetahuinya dengan bertanya langsung.
"Masih tanya salah kamu apa? Kamu nggak sadar sikap kamu di ruang sekretaris tadi sangat tidak mencontohkan sebagai perempuan mahal?"
"Terus maksud Bapak saya perempuan murahan hanya gara-gara ngajarin Fauzan tentang cara kerja yang dia belum tahu? Itu maksudnya, Pak?"
"Memang apa yang dia nggak tahu? Kenapa nggak tahu cara kerjanya malah ada di lantai ini buat jadi sekretaris? Kenapa juga harus kamu yang ajarin dia, kamu aja baru hari ini kerja jadi sekretarisku!"
"Pak, saya dan Fauzan itu teman, kita pernah jadi teman kerja bareng di lapangan, saya kenal dia, dia tanya saya ya saya jawab kebetulan saya paham tentang apa yang dia tanya karena saya sudah belajar sama Pak Kevin sampai jam 11 malam! Saya salah lagi?"
"Ya, kamu salah karena nggak bisa jaga sikap. Sedekat apa pun kamu sama dia, nggak seharusnya kamu sampai sandaran di meja kerjanya sambil senyum-senyum. Kalau orang yang lihat, mereka pasti akan mikir aku nggak becus cari sekretaris!"
Maulia menggigit bibirnya kesal. Ingin rasanya ia menjelaskan sampai Julian mengakui salah akan pemikirannya, tetapi urung karena ia sadar sejak dulu Julian selalu memandangnya dengan sebelah mata. Jadi, Maulia merasa percuma. Percuma menjelaskan siapa dirinya karena pembenci tidak akan mendengarnya.
"Maaf, Pak, saya mengaku salah. Saya minta maaf atas kesalahan saya di ruang sekretaris tadi. Kalau Bapak mau mencari pengganti saya, silakan. Bahkan saya akan bantu mencarikan yang terbaik untuk Bapak."
"Terus gunanya kamu apa kalau aku cari orang untuk menggantikan posisi kamu? Kamu pikir bisa berhenti gitu aja jadi sekretarisku? Nggak, Maulia! Kemarin kamu sudah menandatangani kontrak baru sebagai sekretarisku dengan kontrak kerja selama dua tahun!"
"Saya hanya menawarkan, Pak, khawatir saya tidak sesuai ekspektasi Bapak sebagai sekretaris. Baik kalau begitu, Pak, saya akan berusaha semampu saya untuk jadi lebih berguna dan bisa menjaga sikap ke depannya."
Setelah mendengar jawaban itu, Julian pun meminta Maulia untuk keluar dari ruangannya, dan bersiap-siap karena satu jam lagi wanita itu akan menemaninya menghadiri meeting bersama klien dari Jakarta. Namun, sebelum Maulia keluar dari pintu besar tersebut Julian kembali mengatakan sesuatu yang membuat langkah kaki sang sekretaris sempat terhenti.
"Mulai besok, kamu dilarang memakai rok selama berada di lingkungan kantor!"
Maulia mengangguk, mengiyakan larangan yang dikatakan Julian agar ia bisa lekas keluar dari ruangan tersebut, dan bisa memenangkan diri dari sesak yang membuat matanya terasa panas.