Pura-pura Keselo

1269 Kata
Selesai menelepon Bu Indah, Angga mengirim pesan ke ponsel Esti untuk datang ke kamarnya. Tidak sampai satu menit Esti sudah berada di depan kamar Angga. Angga langsung menarik tangan Esti agar masuk dan mendekat, kemudian dia membisikkan sesuatu di telinga Esti. "Tolong bikin air minum sama makanan apa aja buat Sera, terus temenin dia ngomong sebentar. Nanti kalau aku kirim SMS lagi balik ke sini, ya!" bisik Angga yang merupakan suatu perintah pada Esti. Esti masih harus mengatur detak jantungnya karena tadi ketika Angga menarik lengannya dia sempat terkejut. "Baik, Tuan." Esti berkata dengan suara berbisik. Esti meninggalkan kamar Angga sambil memegang dadanya. Dia menuju ruang tamu terlebih dahulu. "Mbak, ditunggu dulu ya. Tuan Angga lagi ada kerjaan sebentar di kamarnya. Oh ya, Mbak mau minum apa?" "Oh iya, enggak apa-apa kok. Aku minum aja yang penting dingin, Mbak." "Tunggu sebentar, saya bikin minum dulu." Esti pamit lagi ke dapur untuk membuatkan minum dan menyiapkan makan kecil untuk Sera. Sementara Angga tengah sibuk di kamarnya. Dia mencari perban dan plester. Dia mendapatkan ide untuk berpura-pura keseleo. Dia segera membalut kaki kanan dengan perban yang agak tebal. Setelah selesai membalut kakinya dengan perban dia mengirim pesan pada Esti. Esti sudah berada di ruang tamu menemani Sera yang menunggu kemunculan Angga. Esti membaca pesan SMS dari Angga, dia segera mendatangi kamar majikannya itu. Mata Esti membulat saat melihat kaki Angga dibalut perban agak tebal dia segera menghampiri Angga dengan perasaan khawatir. "Kakinya kenapa, Tuan? Tadi perasaan baik-baik aja. Apa Tuan kepleset di kamar mandi?" Wajah Esti memperlihatkan perasaan panik yang kini dia rasakan. Angga langsung memanfaatkan situasi ini. Dia tidak perlu memberitahukan yang sebenarnya pada Esti. Hanya tinggal meminta Esti membantunya berjalan, setelah Sera pulang, baru dia akan menjelaskan semuanya. "Udah jangan khawatir. Bantu aku jalan ke ruang tamu, ya." Esti mengangguk. Dia mendekati Angga. Duduk di tepi ranjang pas di sebelah Angga tanpa jarak. Tanpa perasaan canggung Angga langsung merangkul baju Esti. Dengan aba-aba dari Angga mereka berdiri bersamaan. Tangan Esti merangkul pinggang Angga untuk membantunya berjalan menuju ruang tamu dan membantu Angga duduk di sofa. Dia juga ikut duduk di sebelah Angga. "Loh, Mas Angga kakinya kenapa? Sakit enggak itu?" tanya Sera setelah melihat kedatangan Angga. Dia merasa khawatir pada melihat kaki Angga yang dibalut perban tebal. "Kaki aku keseleo nih. Jatuh di kamar mandi. Maaf ya jadi baru bisa nemuin kamu. Ada apa ke sini?" "Aduh, kayaknya itu kaki Mas Angga sakit banget deh. Mau aku anter ke dokter? Aku ada kenalan dokter bagus kok untuk urusan keseleo begini. Mau ya, Mas." Sera mengajak dengan sedikit memaksa agar Angga setuju. "Enggak usah, ini cepet kok sembuhnya. Makasih buat tawarannya ya." "Oh iya, mudah-mudahan cepet baikan ya, Mas. Tadinya aku mau ngajak Mas jalan gitu, makan siang terus shopping gitu deh. Tapi kayaknya enggak bisa, ya? Apa aku di sini aja, temenin Mas Angga, siapa tahu Mas butuh apa-apa." "Wah gawat, nekat juga cewek ini," batin Angga. "Enggak usah deh. Aku udah ada yang bantuin di rumah. Ada Esti ini. Dia udah biasa bantu-bantu di rumah ini." Angga menoleh pada Esti. Tatapan mereka bertemu. Esti masih menunggu penjelasan dari Angga untuk menceritakan apa yang terjadi dengan kakinya. "Ya udah deh. Kalau gitu aku jalan aja deh. Ntar aja malam minggu kita jalan ya, Mas?" "Hmm ... kayaknya aku enggak bisa deh. Mau ke acara tunangannya temen." Angga langsung menolak. Sungguh dia tidak ingin pergi dengan Sera. Dia tidak mau terlibat urusan apa pun dengan Sera. "Aku temenin ya Mas ke acara tunangannya temen Mas Angga?" "Ternyata dia gigih juga. Tapi aku harus menolak Sera. Enggak akan aku kasih kesempatan sama Sera untuk mendekatiku," batin Angga lagi. "Aku udah ada temen. Terus mau jalan juga sama temen lama. Pokoknya enggak bisa ketemu deh kita malam minggu besok ini." Esti menatap Angga yang terlihat dengan jelas jika dia sedang berusaha menolak Sera dan mencari-cari alasan. "Ok deh. Masih ada malam minggu lainnya. Semoga aja kita bisa jalan bareng ya, Mas. Cepet sembuh buat kakinya Mas. Aku pamit deh ya. Sampai ketemu lagi." Esti mengantar Sera sampai pintu depan. Angga bisa bernapas lega setelah kepergian Sera. Dia mengelus d**a setelah berhasil membuat Sera pergi dari apartemennya. "Tuan kakinya kenapa?" Esti sudah tidak merasa khawatir seperti sebelumnya. Dia duduk di sofa tapi mengambil jarak yang jauh. "Sebenarnya kaki aku enggak apa-apa sih. Cuma tadi itu aku cari cara biar enggak jalan ama Sera. Jadi aku pura-pura keseleo aja deh." "Oh. Aku kita tadi Tuan tiba-tiba keseleo gitu. Ternyata enggak. Ya alhamdulillah. Tapi hati-hati Tuan, takut kakinya keseleo beneran karena habis bohong sama orang." Esti memberikan nasehat pada Angga. "Mudah-mudahan aja enggak, ya. Aku kepaksa aja bohong. Kamu lihat kan tadi Sera orangnya gimana? Kayaknya berat ini harus menjauh dari Sera. Semoga aja dia enggak lapor ke Mama deh, ya." Baru saja mengatakan hal itu, ponsel di kamar Angga berdering. Dia menuju kamar untuk melihat siapa yang menelpon. Ternyata mama Angga yang menelpon. Sekarang dia harus mencari alasan agar Bu Indah tidak khawatir karena sudah pasti mamanya menelepon karena mendengar kaki Angga keseleo dari Sera. *** Angga berada di kantor. Dia sudah mengumpulkan tim penyelenggara acara pelatihan untuk desainer baru. Kali ini ada meeting untuk membahas progres persiapan acara itu. Dari tempat, semua sudah ok. Mereka mengadakan di ballroom salah satu hotel di tengah kota. Untuk makanan dan coffee break semua diurus pihak hotel. Kemudian pemateri, dan materinya sudah selesai disusun dan semua pemateri sudah siap dan bersedia hadir. Waktu pendaftaran dimulai pekan selanjutnya. Hanya menerima pendaftaran untuk seratus orang saja. Tetapi mereka juga membuat daftar peserta tunggu jika ada yang tiba-tiba mengundurkan diri. Acara ini gratis sehingga mereka juga harus siap jika yang mendaftar jumlahnya melebihi ketentuan. Selesai membahas semua, meeting berakhir. Semua kembali ke ruangan masing-masing. Begitu juga dengan Angga. Sebelum mulai melanjutkan pekerjaannya dia menghubungi Esti. "Assalamualaikum. Esti, kamu lagi apa?" tanya Angga basa-basi. Namun, dia juga penasaran apa yang sedang dilakukan Esti di apartemen. "Wa'alaykumussalam, Tuan. Ini baru selesai jemur baju. Mau masak deh kayaknya buat makan siang." "Hmm ... jadi pengen makan di apartemen, sayangnya enggak bisa. Arya lagi apa?" "Biasa dia lagi main aja, Tuan. Ya Tuan kan kerja makan siang bisa di mana aja, sekalian urusan bisnis." "Ntar malem kayaknya aku bisa ketemu sama kamu. Aku lagi enggak bisa ke rumah Mama, pasti nanti ditanyain urusan kaki deh. Apa aku makan siang di apartemen aja, ya? Ntar deh aku cek jadwal dulu." "Kalau mau pulang, makan di apartemen, kabari Tuan, biar aku bisa masak lagi. Kalau udah masak lebih, terus Tuan enggak jadi pulang kan mubazir." "Ya kan bisa kamu bawa pulang. Oh ya, minggu depan ada pendaftaran pelatihan desainer gratis yang dibikin sama kantorku. Kamu mau ikut enggak?" "Kalau gratis mau dong. Tapi apa aku bisa? Kan ada Arya. Emang boleh bawa anak ke tempat pelatihan? Terus aku juga kan kerja di sini, Tuan. Jadinya gimana tuh?" "Ya, gampang sih. Sebagai majikan yang baik dan mau pembantunya mengejar cita-cita aku izinkan kamu ikut pelatihan. Urusan Arya mah gampang. Ntar aku aja yang ngurus. Yang penting kamu mau ikut dulu aja." "Kalau begitu boleh deh, Tuan. Pendaftarannya mulai kapan?" "Senin depan di kantor. Pergi ke kantornya bareng. Ok?" "Ok." "Ya udah, aku cuma ngabarin itu aja. Assalamualaikum." Setelah meletakkan ponsel di meja, Bu Indah masuk ruangan Angga dan berjalan mendekati anak kesayangannya. Dia langsung memeluk Angga yang sedang duduk di kursinya. "Mama ngapain ke sini?" Angga merasa bingung melihat kedatangan mamanya yang tiba-tiba itu. "Mama pengen lihat kondisi kaki kamu yang keseleo. Yang mana kaki yang sakit?" Angga menelan ludah. Apalagi yang harus dia katakan pada mamanya kali ini.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN