Kedatangan Sera ke Apartemen

1245 Kata
Esok harinya, hari Minggu, seperti biasa Angga akan menjemput Esti dan Arya ke apartemennya, karena dia menginap di rumah orang tuanya. Hari ini, entah kenapa Esti tiba-tiba terpikir untuk memiliki hari libur barang satu hari aja yang bisa dia gunakan bebas ke mana pun dia ingin pergi. Mungkin karena dia mulai menikmati memiliki waktu luang. "Gimana Tuan ketemuannya ama Sera? Lancar?" tanya Esti saat di perjalanan menuju apartemen Arga. "Aduh, kamu sama Mama penasarannya sama deh." Angga hanya bisa menghela napas. "Kenapa, Tuan? Wajahnya kok enggak enak gitu? Apa ada yang salah dengan pertanyaan aku?" Esti melirik di kaca spion depan. Angga berdecak. "Enggak sih. Aku cuma masih kesel aja. Ketemu selebgram follower seribu tapi gayanya selangit. Ya, wajar sih, dia masih bisa minta duit sama orang tuanya, tapi lagaknya udah kayak selebgram follower jutaan tau enggak? Padahal semua karena minta dari orang tua." "Loh, emang Sera itu selebgram? Penampilannya gimana? Cantik dan masih muda, Tuan?" "Kata dia aja sih selebgram. Mana ada selebgram kayak gitu. Coba kamu cari aja deh, paling juga enggak terkenal. Masa mau makan malam gayanya kayak orang mau pergi clubbing. Pake jaket, baju pendek, rok pendek, semuanya pendek deh." "Wah, jadi penasaran. Nama panjangnya Sera apa, Tuan? Biar gampang aja gitu nyarinya." "Mana aku tahu. Kalau nyarinya susah, mending enggak usah deh. Jangan nambahin kerjaan yang enggak penting." "Ok deh. Oh ya, Tuan, aku boleh libur enggak sih, sehari aja gitu. Kan Tuan juga hari Sabtu atau Minggu gitu bisa pulang ke rumah Nyonya tuh. Jadi pas Senin kan aku bisa kerja." "Libur? Jangan dong. Emang kamu enggak kangen sama aku?" "Mana ada pembantu kangen sama majikan, Tuan." "Ya, ada aja dong. Ntar lama-lama juga kamu bakalan kangen sama aku, tapi permintaan libur kamu enggak diacc. Cuma kayaknya hari ini mending kita jalan aja. Sarapan di luar, terus cari baju. Temenin aku ke acara tunangannya Hana." "Mbak Hana yang waktu itu mau tunangan? Sama siapa, Tuan? Cepet banget?" "Iya. Waktu itu dia deket sama cowok tapi cowoknya enggak gerak gitu, tapi ujungnya baru sadar dia kalau suka sama Sera. Nah, kamu jangan kayak gitu. Jangan sampai terlambat menyadari perasaan kamu sama seseorang, eh, taunya dia malah jadi sama orang lain." "Hah? Kayaknya Tuan lagi ngomongin diri sendiri deh. Makanya cepetan dikenalin itu calonnya ke Nyonya. Siapa tahu langsung disuruh nikah." "Emang kamu udah siap diajak ketemu Mama?" "Mau ngapain, Tuan?" "Ada deh, pokoknya tunggu aja tanggal mainnya." "Emang Nyonya cari pembantu baru di rumahnya?" "Enggak kok. Kalau pun iya, aku enggak akan ngasih kamu kerja sama Mama. Pokoknya kamu cuma boleh jadi pembantu aku, di apartemenku, titik!" Angga membelokkan mobilnya menuju restoran fast food untuk sarapan pagi ini Setelah mobil terparkir dengan baik, Angga turun lebih dulu untuk membantu Arya turun. "Kalau begini terus keadaannya, besok mungkin aku bukan pembantunya Angga lagi," gumam Esti. "Kenapa?" "Eh, enggak apa-apa, Tuan. Ayo masuk." "Iya. Kamu sama Arya cari kursi aja. Aku yang pesan makanannya." "Aku aja yang pesan makanannya, Tuan. Aku enggak enak, masa pembantu malah nungguin majikan pesan makanan." "Eh, enggak apa-apa. Soalnya aku enggak bawa uang cash. Emang kamu tahu nomor pin kartu ATM aku?" Esti meringis sekaligus merasa tidak enak. "Ya, kalau nomor pin ATM jelas aku enggak tahu. Ya udah deh terserah Tuan aja deh." "Ok. Sekarang belum tahu kok, tapi lama-lama juga tahu, kalau suatu hari aku butuh bantuan kamu untuk beli sesuatu. Ya udah tunggu aja di meja pojok sana. Ntar aku nyusul." Salah satu alasan Angga tidak mengizinkan Esti memesan makanan adalah, pasti Esti akan melihat harga sebelum membeli. Kemungkinan yang terjadi adalah Esti tidak akan membeli makanan di sana dan mencari alasan untuk makan di apartemen saja, karena dia takut Angga marah. Selesai memesan makanan, Angga menuju meja pojok yang tadi dia minta Esti dan arya duduk lebih dulu di sana. "Kok banyak banget makanannya, Tuan? Emang Tuan lapar berat apa gimana?" Esti menatap nampan yang dibawa Angga penuh dengan makanan, nasi, ayam goreng sampai burger semua dia beli untuk sarapan pagi ini. "Iya nih, aku laper banget kayaknya. Kamu makan juga yang banyak, biar berisi badannya. Enggak enak kalau terlalu kurus begitu. Mau nasi apa burger?" "Nasi aja, Tuan." Angga memberikan nasi pada Esti beserta ayamnya. Hal yang seperti ini membuat perasaan Esti terharu, dia yang pernah menjadi seorang Istri, tetapi diperlakukan seperti pembantu. Namun, saat dia menjadi pembantu, mengapa dia selalu merasa diperlakukan istimewa. Esti takut terlalu nyaman berada di dekat Angga dan merasa ketergantungan dan sulit lepas dari Angga. Dia tidak mau menjadi seperti itu. Selesai sarapan bertiga. Kali ini Angga mengajak Esti dan Arya ke butik langganan mamanya. Dia ingin membeli pakaian untuk Esti agar menemaninya datang ke acara pertunangan Hana. Tiba di butik hampir jam 11 siang. Dia segera memilih pakaian yang cocok untuk dipakai Esti. Jika meminta orangnya memilih langsung, pasti Esti akan menolak keras. "Emang acaranya kapan, Tuan?" tanya Esti saat Angga sedang memilih dress. "Malam Minggu depan." Angga memilih dress biru tua dengan cutting minimalis tetapi terlihat mewah. "Apa pun baju yang aku pilihkan, kamu terima aja. Pokoknya nanti harus temenin aku dateng ke acara tunangannya Hana. Ok?" "Iya. Yah mau enggak mau kan harus mau. Apa yang Tuan katakan itu perintah majikan." Angga melirik kaki Esti. "Sepertinya dia juga harus dibeli sepatu," batin Angga. "Sekarang kita ke mall aja. Beli sepatu atau sandal yang bagus gitu deh." "Buat siapa, Tuan?" "Buat Mama, tadi nitip katanya. Kayaknya sih ukurannya hampir sama dengan kaki kamu. Ayo jalan sekarang." Mereka lanjut ke pergi ke mall. Seperti biasanya, selalu ada alasan Angga untuk membelikan barang untuk Esti tanpa sepengetahuan Esti. Terkadang Angga merindukan Esti yang selalu menolak pemberiannya, tetapi dia tetap takut jika sampai Esti berhenti bekerja di apartemennya. Sampai di toko sepatu. Angga meminta Esti mencoba beberapa sendal dan sepatu yang ukurannya pas di kaki Esti. Namun, dia tetap merahasiakan semua dari Esti. Selesai urusan sepatu mereka pulang ke apartemen. *** Sore hari di apartemen. Ada yang menekan bel apartemen Angga. Esti dengan sigap membukakan pintu. Ada sosok perempuan cantik yang datang dengan dadanan serba wah, seperti orang yang hendak pergi ke pesta. "Cari siapa ya, Mbak?" tanya Esti dengan pandangan melirik dari atas hingga ke bawah pada perempuan itu." "Mas Angga ada? Saya Sera." Sera mengulurkan tangannya pada Esti. Esti membalas dengan menyalami tangan Sera. "Tuan Angga ada. Tunggu saya panggil dulu. Oh ya, saya Esti, pembantu di rumah ini." Esti mengajak Sera masuk memanggil Angga. Sera duduk di sofa di ruang tamu. Dia memperhatikan isi apartemen Angga yang tidak banyak barang sambil mengangguk-anggukkan kepala. "Tuan, ada Sera di ruang tamu. Katanya nyariin Tuan." "Hah, Sera? Aduh, gawat. Bentar ya aku telepon Mama dulu." Angga mengambil ponsel di nakas. Dia segera menelepon Mamanya. "Assalamualaikum. Ma. Mama ngasih alamat apartemen ini ke Sera, ya?" Angga langsung bertanya tanpa basa-basi. "Wa'alaykumussalam. Iya. Tahu enggak, Sayang, katanya Sera suka sama kamu. Dia juga enggak keberatan nikah sama kamu. Mama seneng banget loh rasanya. Tadi dia ke sini, tapi kamu kan enggak ada di rumah. Jadi Mama kasih alamat kamu, Sayang. Udah sampe belum orangnya?" Angga menggaruk-garuk pelipis, dia bingung harus berkata apa pada mamanya. "Orangnya udah ada sampe apartemen ini." "Temui aja, dia mau ngajak kamu jalan katanya. Ya udah siap-siap sana. Duh, Mama enggak sabar nih nungguin kabar selanjutnya. Jangan lupa ntar cerita ke Mama, ya, Sayang." "Iya deh. Udahan dulu teleponnya ya, Ma. Assalamualaikum." Angga merasa dia harus berpikir cara untuk menolak Sera, agar dia tidak semakin terlibat jauh dengan Sera. Sebelum semua terlambat.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN