bc

Nikah Lagi Aja, Yuk!

book_age16+
34
IKUTI
1K
BACA
family
heir/heiress
drama
sweet
bxb
city
office/work place
like
intro-logo
Uraian

Diajak nikah lagi setelah pernah nikah cuma tiga hari?

Arda mengajak Tifa untuk kembali menikah setelah dua tahun bercerai. Dia lelah terus-terusan disodorkan perempuan oleh orang tuanya. Sementara makhluk berjenis perempuan itu tidak bisa membuatnya ‘TURN ON’

Arda ingin sembuh dari penyakitnya, dan dia ingin Tifa yang membantunya sembuh.

Apakah Tifa akan menerima tawaran Arda, sementara Tifa tahu kalau Arda itu ….

***

Yuk ikuti cerita Tifa dan Arda. Jangan lupa tap love. Terima kasih

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Bantu Gue Turn On.
“Gimana tadi pertemuannya?” tanya Arda begitu tiba di samping meja yang sudah ku huni selama 15 menit. Kulirik pria yang selalu terlihat tampan dengan tubuh maskulin tersebut. Aku masih sibuk memindahkan cairan di dalam gelas ke dalam mulutku. Arda menarik kursi di depanku. Tanpa basa-basi, pria itu menarik gelas di depanku hingga mau tak mau kulepas ujung sedotan dari mulutku. Arda kemudian menggunakan sedotan yang sama untuk memasukkan cairan warna kuning itu ke dalam mulutnya sendiri. Arda mendesah nikmat merasakan dingin dan segar cairan yang langsung menyapa lidah dan tenggorokan. “Ih, pesan sendiri sana.” Kutarik kembali gelasku. Kupelototi Arga. “Kebiasaan,” kesalku. Kutekuk bibir kesal karena Arga menggunakan sedotanku. Kutarik selembar tisu dari kotaknya, lalu kugunakan untuk mengelap ujung sedotan yang sebelumnya masuk ke mulut Arga. “Astaga, Tif. Lo lupa kalau kita sudah sering berbagi sedotan? Sendok? Lo juga sering makan roti bekas gigitanku.” Sekali lagi kupelototi pria di depanku. “Itu masa lalu. Lo tahu kan masa lalu itu tempatnya di mana?” tanyaku. “Noh, di belakang.” Arda mencebik. Namun dia tidak lagi menyangkah kalimatku. Arda justru mengangkat tangan, memanggil pelayan. Kubiarkan dia memesan minuman dan makanannya sendiri. Kunikmati kentang goreng yang masih tersisa di atas piring. Aku sudah selesai menyantap satu porsi steak tenderloin. “Lo tadi belum jawab pertanyaan gue. Gimana tadi blind date lo?” “Gagal,” kataku menjawab pertanyaan Arda. “Kenapa gagal lagi?” tanya Arda dengan ekspresi wajah yang membuatku ingin meremas wajah tampan yang sekarang sedang menatapku mengejek itu. “Botak, perut buncit. Ya Tuhan, gue nggak tahu dari mana emak gue ketemu kandidat seperti itu. Apa emak pikir anaknya ini setidak qulified itu buat dapetin spek CEO, ya?” Mataku langsung melotot begitu Arda tertawa. “Sialan,” umpatku kesal. “Tertawa saja terus. Emangnya lo sudah berhasil ngeyakinin bokap nyokap lo buat nerima diri lo apa adanya?” tanyaku membuat tawa Arda langsung berhenti. Sudah dua tahun berlalu dari kejadian itu. Arda mendesah lalu menggelengkan kepala. Aku berdecak. “Mungkin mereka masih butuh waktu lebih lama,” ujarku. Sedikit menyesal karena sudah menyinggung masalah yang satu itu. “Gue belum cerita sama lo, ya?” “Cerita soal apa?” tanyaku sebelum kumasukkan ujung sedotan kembali ke dalam mulut. Aku yakin keningku sudah tidak rata lagi sekarang. Kutatap Arda menyipit. “Gue disuruh kawin.” ‘UHUK! UHUK!’ Aku langsung tersedak. Sial. Pas aku minum, pas Arga memberi informasi yang membuatku terkejut. “Ini … ini. Bersihin itu mulut lo.” Kusambar tisu yang terulur di depanku, lalu kuusap sekitaran mulutku. Kuturunkan pandangan mata. Ternyata dres warna pink ku juga terkena sedikit cairan dari mulutku hingga warnanya menguning. Kuusap dengan tisu, namun warna kuning jus jeruk sudah terlanjut meresap ke kain. “Asem,” kataku melihat dres yang baru kubeli minggu lalu kini terkena noda. “Gara-gara lo, Ar.” “Kok gara-gara gue? Jangan salahin gue, dong. Lo aja yang buru-buru minumnya tadi.” “Terima kasih,” ujar Arda saat pelan datang lalu meletakkan segelas jus jeruk di depan Arda. “Gara-gara omongan lo tadi gue tersedak. Eh, beneran yang lo bilang tadi? Emangnya ada gitu yang mau sama elo? Jangn bilang kalau—” Arda mendelik. Membuatku berhenti bicara. Aku hanya bisa meringis. “Ya kali jeruk makan jeruk, Ar.” “Nyokap sudah bawa tiga perempuan ke rumah.” Aku hanya bisa membesarkan kedua mata mendengar informasi dari Arda. Berapa hari sih aku tidak bertemu dengan Arda? Tahu-tahu Arda sudah dicomblangi mamanya dengan tiga perempuan. Wah, hebat juga Tante Endang. Dulu, satu saja tidak berhasil, sekarang langsung dikasih tiga. “Bagus lah, lo bisa langsung praktek poligami, Ar,” kataku sambil tersenyum. Jujur saja aku ikut senang kalau benar Arda akan menikah. Tidak apa-apa aku kalah cepat dari Arda. Palingan yang ribut emakku nanti. “Poligami apaan? Gue males ngurus banyak perempuan. Lagian nggak ada tuh yang bisa bikin gue turn on.” “Ya lo usaha dong. Jangan lo ‘turn off’ in terus-terusan. Sekarang coba lo bikin on,” sambarku. Gimana mau sembuh coba kalau nggak mau usaha. “Udah gue coba, Tif. Gue pegang-pegang tangannya. Sampai pahanya. Tapi tetep aja dia nggak ada rasa apa-apa.” “Ish … coba srepet dulu.” Arda langsung mendelik mendengar saranku. “Lo aja deh yang bantuin gue turn on, Tif.” “Apa?” “Setidaknya lo kan sudah tahu gue. Lo juga sudah pernah melihat seluruh tubuh gue. So, gue nggak terlalu malu kalau sama lo.” “Apa maksud lo?” tanyaku sebelum kubawa ujung sedotan ke mulutku. Rasanya tenggorokanku kering kerontang. Kualirkan cairan kuning dari dalam gelas ke dalam mulut sambil menunggu Arda yang juga sedang minum, menjawab pertanyaanku. Memangnya apa yang bisa kulakukan untuk membantu Arda ‘turn on?’ Dulu saja …. “Kita nikah lagi aja, yuk!”

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Sweetest Pain || Indonesia

read
76.8K
bc

Growing Pains || Indonesia

read
35.2K
bc

Love Match

read
178.8K
bc

Stuck With You

read
74.4K
bc

Happier Then Ever

read
77.1K
bc

Ditikung Kakak Kandung, Dapat Boss Tajir

read
43.0K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
57.6K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook