Part 43. Kencan Dadakan

1903 Kata

Mood ku hancur. Usahaku untuk bisa datang ke rumah itu lagi, setelah bertahun-tahun tak pernah lagi kusambangi--sia-sia. Kini aku justru merasa menyesal, sudah menginjakkan kaki di rumah Eyang. Seharusnya aku mempercayai hatiku sendiri—yang memang belum mampu untuk berhadapan dengan mereka. Papa, dan keluarganya yang sekarang. Ternyata masih sangat menyakitkan. Seharusnya, tidak perlu kuindahkan permintaan Eyang, dukungan Hesa, maupun izin dari Mama. Seharusnya hari ini aku tetap berada di rumah. Bersama Mama. Kuhapus kembali air mata yang sialnya terus saja jatuh. Meskipun aku sudah mengingatkan diriku sendiri—berkali-kali, bahwa tidak ada yang perlu kutangisi. Bahwa sudah cukup air mata yang tumpah selama ini. Bahwa, Papa memang bukan lagi sosok yang pantas aku idolakan. Bahwa Papa buka

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN