Perdebatan yang terjadi antara Eyang dan Papa, sebenarnya membuatku tidak nyaman. Karena semua terdengar langsung oleh Hesa. Aku belum bercerita lebih jauh tentang kehidupan orang tuaku yang berantakan padanya. Hanya sebatas kulit ari yang sudah kuceritakan padanya. Kuhela nafas panjang. Jujur saja aku merasa senang, karena tidak perlu lagi mengkhawatirkan biaya kuliah, meskipun aku tidak yakin dengan tanggapan Mama nantinya. Di sisi lain, aku juga tidak tega pada Papa. Biar bagaimanapun juga, Papa adalah anak Eyang satu-satunya, dan yang selama ini mengelola perkebunan milik Eyang. Memang terdengar tidak adil, jika Eyang tiba-tiba saja memberikannya padaku. Seutuhnya. Tanpa dibagi dengan putranya sendiri. “Pa… “ Kudekati Papa yang sedang duduk di ruang tamu, bersama Hesa. Aku baru saja m