5 TAHUN KEMUDIAN Siapa yang tahu masa depan seperti apa yang akan menanti di depan. Kularikan bola mataku menyisir tempat yang memberi banyak kenangan untukku. Di tempat ini, aku sering memperhatikan seseorang yang dengan lincah membawa bola melintasi lapangan di depan sana, lalu hanya dengan sekali lompatan, bola bergulir masuk ke keranjang. Dia tidak pernah gagal memasukkan benda bundar itu ke tempatnya. Aku tersenyum. Aku masih bisa melihatnya berlarian dengan keringat membasahi tubuhnya di depan sana. Sesekali dia menoleh ke arahku, hanya untuk melempar senyum yang sanggup membuat detak jantungku meningkat--hingga membuatku menurunkan pandangan karena malu. Malu tertangkap basah sedang memperhatikannya. “Dokter Faisila?” Aku yang sedang bersandar di pohon beringin--yang masih berdiri