“Maukah kamu menjadi pacarku?” Aku masih terus mengingat kata-kata itu. Kata-kata yang tidak pernah kusangka akan keluar dari mulut si culun Hesa. Kugulingkan badanku ke kanan dan ke kiri. Perasaanku tidak menentu. Bahagia, cemas, khawatir … entahlah. Aku belum pernah memiliki perasaan seperti ini. Kupukul-pukul guling di bawahku, sementara aku tengkurap. Aku jadi mengingat isi surat beramplop merah jambu, yang pernah kuberikan pada Hesa. *** Hai Alfaro Mahesa Permana, Um … aku bingun harus tulis apa. Kamu tuh nyebelin tahu nggak, sih? sok cool, tapi beneran cool waktu kamu di lapangan basket. Sok ngajarin Sila ini itu … tapi emang bener kamu pinter. Trus, sekarang kamu gangguin Sila. Tiap hari masuk ke pikiran Sila. Sila jadi nggak bisa mikir yang lainnya. Jadi kamu harus tanggung jaw