Penyesalan memang selalu datang terlambat. Seperti malam ini, aku sungguh menyesalinya. Kalau saja waktu bisa diputar kembali, aku tidak akan datang ke tempat balapan. Lebih penting lagi, aku akan mencegah Kak Rafid ikut balapan. Apapun akan kulakukan untuk memaksa sahabatku untuk tidak mengikuti balapan malam ini. Aku berdiri tidak tenang, tak jauh dari mobil Kak Rafid yang sudah ringsek. Beberapa orang masih berusaha untuk mengeluarkan Kak Rafid, dan pacarnya. Rasanya aliran darahku mengalir begitu cepat. Adrenalin yang biasanya terpacu saat aku mengikuti balapan, kini bisa kurasakan—bahkan saat aku tidak melakukan apa pun. Ingin membantu, namun polisi melarangku mendekat. Aku hanya bisa berjalan mondar-mandir, sambil terus menggumam doa. Meminta Tuhan untuk menyelamatkan keduanya. La