"Ekhem." Liza berdeham cukup nyaring untuk melerai kecanggungan bersitatap dengan Aldrick. Tak dapat dipungkiri, momen saling tatap beberapa detik itu cukup membuat jantung sang puan berdebar imbas pesona sorot dingin sang pria tampan di hadapannya. "Kau boleh untuk tidak memainkannya jika tak suka." Liza segera menaruh gulungan kertas miliknya di atas meja Bar lalu beranjak mengajak sang calon investor untuk kembali ke hotel, mengakhiri tour malam ini. "Bagiku ... sangat pantang untuk mundur dalam hal apapun sebelum bertarung," seru Aldrick mengeluarkan pendapat yang berbeda di luar dugaan. Liza pun cukup terkesiap mndengarnya. Baginya, Aldrick sama seperti kebanyakan konglomerat rata-rata memiliki perangai angkuh dan anti sosial di luar urusan bisnis. "Duduklah. Mari bermain," la

