Aku benar-benar tidak tahu aa yang terjadi dengan Sheila. Yang mana dari perkataanku yang menyakitinya?? Aku tidak menghinanya, tidak juga merendahkannya. Aku terpaku melihat keimutan dan kecantikannya. Aku merasa sangat bersyukur memiliki istri yang lucu dan menggemaskan seperti dia. Namun apa yang aku dapat?? Rasa kesal. Lalu saat aku menyukai pipinya yang berisi karena membuatnya semakin imut, eh dia marah! Kata-katanya menjadi kasar dan nada suaranya cukup tinggi. Selama ini, rumah tangga kami berjalan dengan sangat baik. Kami sering bercanda, bermesraan. Kami juga selalu bercengkerama sebelum tidur, saling bercerita, meski kami tidak pernah merencanakannya. Semua berjalan dengan sendirinya, tanpa kepura-puraan dan pemaksaan. Aku langsung tersadar saat Sheila membanting pintu dengan