Jaka tidak berhenti mengutuki dirinya sendiri. Dia terlena dengan gemerincing rupiah yang terus masuk ke rekening, dompet, bahkan brankasnya hingga dia lupa bahwa di luar sana akan selalu ada manusia-manusia yang berhati dengki dan menghalalkan segala cara untuk mendapatkan uang. Selama ini dia hanya berpikir keras untuk bisa terus menggandakan uangnya dan fokus membahagiakan keluarga di kampung. Tidak pernah terlintas sedikit pun dalam benaknya dia akan menemui kejadian seperti ini yang tidak hanya menguras otak, tapi juga fisik, dan batin. “Lakukan sesuatu, Jaka!! Jangan Cuma melamun!!” Jaka menyemangati dirinya sendiri. Yani, Iwan, dan Haris, masing-masing tengah sibuk dengan komputer dan laptop mereka. Jaka menatap tiga orang itu. Yani dan Iwan terus bekerja sama mengamankan semua a