Atmosfer terasa begitu tegang. Udara tiba-tiba menjadi dingin dan panas secara bersamaan. Mata Sheila tampak semakin memelas, tapi di satu sisi, dia yakin Jaka bisa menyelamatkannya. Entah dari mana datangnya keyakinan itu. Dia hanya mempunyai firasat kuat bahwa Jaka adalah pria baik yang mampu menyelesaikan masalah ini.
Di sisi lain, Linda menatap Jaka dengan bengis. Nafasnya memburu seperti banteng yang siap menyeruduk. Dia kembali meneriaki pegawai toko, meminta mereka untuk menyeret Jaka dan Sheila keluar.
Jaka masih berlaku tenang meski matanya terasa dingin. Bibirnya tersungging sebuah senyum. Namun Linda merasa senyum Jaka lebih seperti pesan buruk untuknya.
Dengan perlahan, tangan Jaka merogoh ponsel di sakunya. Dan sekali tekan, dia sudah terhubung dengan seseorang.
“Halo, Bro, whats up?”
Sheila dengan jelas mendengar suara seorang pria di ujung telepon. Sheila menatap Jaka tanpa kedip, berharap semua masalah ini cepat selesai dan mereka tidak dipermalukan oleh rubah betina bernama Linda ini.
“Doni, aku baik. Aku sedang berusaha menyenangkan calon istriku dengan membeli cincin di salah satu geraimu di mall. Tapi seekor lalat datang mengganggu. Apa kau bisa menyingkirkannya? Atau aku perlu membeli seluruh tokomu terlebih dulu?”
“Hahaha!!!” Doni tertawa terbahak-bahak. Hanya Tuhan yang tahu kalau dia sebenarnya ketakutan. Dia tahu kalau Arjuna alias Jaka baru saja membeli sebuah perusahaan seafood begitu saja tanpa alasan yang jelas. Jadi temannya itu jelas punya kemampuan membeli semua toko perhiasannya yang tersebar di Indonesia.
“Ayolah, jangan begitu. Aku tahu kau bercanda. Kau tahu betapa berartinya toko itu untuk aku dan ibuku, bukan? Jangan khawatirkan lalat itu! Aku akan membereskan semua masalahmu di toko," ucap Doni penuh harap Arjuna tidak mengusik tokonya.
Jaka tersenyum miring. Dia tahu Doni tidak akan mengecewakannya. Mereka sering bertemu di acara yang diadakan para pebisnis. Sikap Jaka yang tenang, diam, dan murah senyum membuat banyak orang senang berteman dengannya termasuk meremehkannya. Namun saat mereka tahu kemampuan Jaka, tidak ada lagi yang mengganggunya. Semua tunduk dan hormat padanya.
Jaka memang bukan seorang CEO, tapi kemampuannya menganalisa keadaan dan pasar membuat perusahaan-perusahaan yang bernaung di bawahnya mengalami peningkatan. Bahkan tak jarang para pemilik perusahaan itu sendiri sangat menaruh hormat padanya.
Kening Sheila berkerut mendengar kalimat Jaka di telepon tadi. Tapi tidak dengan Linda. Wanita glamor itu justru tertawa kencang.
“Jangan bermimpi, Kau Gembel! Siapa yang kau bilang lalat? Kau kira aku takut? Aku sama sekali tidak takut dengan gertakanmu. Kaulah yang lalat itu. berdengung di telingaku. sangat mengganggu. Aku adalah pelanggan setia di sini. Bahkan manajer toko ini sudah sangat mengenalku. Banyak koleksi perhiasanku yang aku beli di sini,” ucap Linda penuh kesombongan.
Tiba-tiba seorang pria paruh baya tergopoh-gopoh keluar dari dalam ruangan toko.
“Itu dia manajernya!” seru Linda.
Matanya bersinar melihat pria yang dia yakini akan menjadi penolongnya. Kakinya bahkan melangkah ringan mendekatinya. Saat mulutnya sudah terbuka hendak menyapa, sang manajer justru melewatinya begitu saja dan mendekati Jaka.
“Selamat datang di toko kami, Tuan. Maafkan atas ketidaknyamanan yang Anda alami,” ucap sang manajer sambil membungkukkan badan. Gestur tubuhnya menandakan bahwa dia sangat tunduk pada segala titah Jaka.
“Hmm.” Jaka tidak menyahut sama sekali. Tangannya terasa sedikit sakit karena Sheila meremasnya dengan hebat.
“Tuan Doni memerintahkan langsung untuk melayani Anda dengan baik,” sambung sang manajer.
Mendengar kalimat manajer yang terdengar tidak masuk akal, amarah Linda pun naik. “Apa maksudmu??” teriaknya sambil memutar tubuhnya. Dengan cepat, Linda sudah berdiri di depan manajer itu.
Sang manajer tidak menggubris Linda sama sekali. Dia bahkan langsung memerintahkan anak buahnya untuk mengusir Linda. Dua pramuniaga laki-laki mencekal tangan Linda.
“Lepas! Lepaskan aku! Jauhkan tangan kotormu dari tubuhku yang halus!” Linda meronta-ronta tidak karuan.
“Maafkan aku, Nona. Mulai saat ini kami tidak bisa lagi melayani Anda di sini. Silakan mencari toko lain,” ucap manajer itu. Saat Linda sudah benar-benar di luar toko, pintu langsung ditutup dan tanda Tutup dipasang. Untung saja pengunjung lain yang tadi kebetulan masih di dalam langsung terburu-buru keluar saat tahu Linda diseret. Jadi sekarang hanya ada Sheila dan Jaka di dalam sebagai pengunjung.
Kini, sang manajer sendiri yang melayani Jaka. Tiga buah set berlian terbaik diperlihatkan. Jaka mengajak Sheila untuk mendekat.
Tidak ada yang tahu betapa berdebar d**a Sheila sekarang. Apa-apaan calon suaminya ini? Kenapa tiba-tiba dia mengenal pemilik toko? Lalu dengan sekejap Linda langsung terusir begitu saja. matanya terus menatap Jaka yang berbincang dengan sang manajer.
“Sayang, jadi kamu pilih yang mana?” tanya Jaka.
Sheila terkejut dan mengedipkan matanya. Butuh waktu bagi Sheila untuk mencerna semua hal yang begitu mengagetkannya. Namun bagaimanapun juga, dia tidak ingin mengecewakan Jaka yang sudah berusaha sebaik mungkin menyenangkan hatinya. Dia tidak ingin mempermalukan Jaka di depan semua pegawai toko ini.
Sheila menatap semua perhiasan itu dengan hati berdebar kencang. Gadis itu begitu gugup. Bahkan Jaka sendiri tidak menyangka kalau tangan Sheila bisa sedingin ini.
Sekali lagi Sheila menatap Jaka dalam-dalam. Jaka yang ditatap sedemikian rupa menampilkan senyumnya yang teramat manis. Sheila meneguk ludahnya. Dia tahu kalau Jaka bersungguh-sungguh ingin membelikannya perhiasan cantik ini. Sheila menghembuskan nafasnya perlahan lalu menunjuk satu set berlian dengan batu safir biru yang begitu cantik.
Jaka tersenyum lebar. “Pilihanmu bagus. Aku suka,” ucapnya penuh kelegaan.
Bibir Sheila berkedut. Dia ingin membalas senyum Jaka namun di satu sisi, dia juga sangat khawatir. “Aku harus ke kamar mandi.”
Sang manajer langsung mengkode satu anak buahnya.
Seorang pramuniaga yang masih sangat muda mendekat. “Mari, Nona. Saya akan mengantar Anda,” ucapnya dengan sopan.
Sheila mengangguk. Mereka berdua pun berlalu ke kamar mandi.
Jaka segera mengeluarkan kartu hitam untuk menyelesaikan p********n. Sang manajer menerimanya dengan mata berbinar. Pelanggan yang berpenampilan biasa ini ternyata benar-benar seorang multijutawan. Pantas saja pemilik toko ini langsung mewanti-wantinya untuk melayani “Sang Tuan Arjuna” dengan baik jika tidak ingin kehilangan pekerjaan.
Seorang pramuniaga datang membawa nampan dengan dua cangkir teh dan berbagai camilan untuk Jaka dan Sheila. Jaka menikmati teh sambil menunggu Sheila. Tidak lama kemudian, Sheila kembali.
Kening Sheila berkerut melihat Jaka duduk di sofa empuk dengan berbagai camilan di depannya. Sebuah paper bag berlogo toko sudah ada di atas meja. Sheila yakin calon suaminya itu sudah melakukan p********n. Dia ingin bertanya sesuatu, tapi ditahannya.
"Duduklah!" Jaka menepuk Sheila di sebelahnya. “Habiskan tehmu lalu kita keluar,” ucap Jaka dengan lembut.
Sheila menurut. Dia memang sedikit lapar setelah kejadian menguras emosi tadi.
Sheila mengambil satu kue cokelat dan mulai memakannya. Matanya sesekali melirik Jaka.
“Ada apa?” tanya Jaka penasaran.
Dengan raut wajahnya yang serius, Sheila berbisik, “Tadi DP-nya berapa?” Akhirnya pertanyaan itu keluar juga dari mulutnya.
Jaka tidak bisa menyembunyikan tawanya. Air mata sampai menetes dari sudut matanya.