89. Perang Dingin

1121 Kata

“Pak Kevin, apa bisa kita kembali ke Surabaya nanti siang?” “Bisa, Pak Arjuna. Tidak ada masalah.” “Terima kasih, Pak Kevin.” Jaka menutup panggilannya. Pria itu mengambil nafas dalam-dalam dan mengembuskannya perlahan. Dia sedang berdiri di balkon belakang, menghadap laut lepas. Sebuah rokok terjepit di antara jarinya. Pikirannya kalut. Dihisapnya rokok itu dan mengembuskannya perlahan seolah sedang menikmati nikotin. Kepulan asap putih keluar dari mulutnya, kemudian perlahan menipis dan akhirnya hilang tersapu angin laut. Jaka sengaja mempercepat dua hari waktu kepulangannya. Sebenarnya, Tuan Leo mengijinkan Jaka dan Sheila untuk menempati villa itu selama lima hari. Namun, semua berubah saat dini hari tadi Jaka melihat sendiri bercak darah di seprei sesaat setelah dia bermain denga

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN