Evan melepas pelukannya saat dirinya sudah merasa tenang. Tak menyangka sama sekali ia akan mendapat obat tenang yang lebih mujarab dalam pelukan istrinya. Perempuan yang dinikahinya karena menggantikan adik tirinya. Keduanya saling bertatap. Dalam. Intens. Dan entah siapa yang memulai, wajah keduanya mendekat, bibir mereka bertemu. Kecanggungan itu saling bertemu untuk pertama kalinya. Evan yang tak pernah dekat dengan perempuan manapun. Dan Amara yang tak pernah membiarkan laki-laki lain menyentuhnya selain genggaman tangan. Evan bisa merasakan sesuatu yang menggelegak dalam tubuhnya. Sesuatu yang tak pernah ia rasakan sebelumnya. Ia menginginkan Amara hanya untuk dirinya sendiri saja. “Ra, I don't think I can stop it,” ucapnya parau. Amara tahu inilah saatnya. Ia pun tak bisa menghe