Nendra menatap ibunya penuh khawatir. Sebesar apapun tekat dan cintanya pada Davina, ia tak mungkin bisa melangkah menuju pernikahan tanpa restu ibunya. Wanita itu terlihat menghela napas panjang. “Begini amat nasib percintaanmu, Nak. Dulu kamu ditinggalkan hanya karena orang lain punya mobil. Dan sekarang, kamu mencintai seorang gadis yang bahkan tak tahu siapa orang tua kandungnya.” “Mama, bukan salah Davina kalau ia kemudian ditinggalkan di panti.” “Iya. Mama tahu. Lalu apa yang akan kamu sampaikan jika ada keluarga besar kita bertanya tentang orang tua Davina.” “Aku akan bilang Davina anak dokter Abbas dan istrinya.” “Dokter Abbas tidak akan bisa menjadi wali nikah anak angkatnya, Nendra.” “Nendra tahu, Ma. Davina juga tahu. Karena itu dia bilang lebih dulu ke Nendra. Biar kita g