Kai sudah berisik saja sejak tadi karena Evan tak juga muncul, membuat kepala Amara terasa berdenyut dengan semua pertanyaannya. “Bunda, what time is it? Why is he late?” “Sayang, mungkin ayahnya nanggung lagi ngajar. Kai duduk sini coba,” ia menepuk sofa di sisinya yang kosong. “Can you call him?” “Ditunggu ya. Kan sudah ditelepon tadi. Ayah tadi sudah bilang lagi ngajar kan?” Kai cemberut. Evan sudah sepekan ini kembali pada aktivitasnya di kampus. Berangkat pagi, pulang sore. Kai yang tak pernah ditinggal ayahnya seharian penuh, beberapa kali ngambek penuh drama pada ibunya. “He promised me to come home early, Bunda.” “Iya, Sayang. Ayah insya Allah datang sebentar lagi.” Kai duduk di kursi sambil bersedekap dan menekuk wajahnya. Ayahnya memang berjanji akan pulang awal dan meng