Amara akhirnya merasakan betul menjadi anak kost. Di pavilliun kecilnya, ritme hidupnya berubah. Harinya dimulai sejak pagi buta. Menyiapkan sarapan, mengantar suaminya ke stasiun, lalu kembali untuk bersiap ke rumah sakit. Meski tak setiap hari, karena kadang ia dan Evan memilih pulang ke apartemen, tapi rutinitas itu yang lebih sering ia lakukan. Amara seakan tak memiliki waktu untuk sekedar nongkrong bersama teman-temannya. Hidupnya berputar antara kost, rumah sakit, dan apartemen. Amara tak sama dengan anak kost lain yang masih bebas kemanapun setelah jam kuliah atau jam kerja mereka. Pun dengan teman-temannya yang fresh graduate yang kerap menghabiskan waktu bersama setelah menerima gaji. Sore itu Amara baru sampai kost saat Nendra menyambanginya. “Pulang Jogja, Ra?” “Enggak. Bada