“Jadi ke Jogja kan?” tanya ibunya saat Nendra sedang sarapan. “Iya, nanti langsung ke sana. Nendra ada urusan sebentar di rumah sakit.” “Hati-hati ya. Sekalian bilang Paklekmu kamu mau lamar Davina. Minggu depan kalau Papa gak ada acara, Mama sama Papa ke sana.” “Ma, Davina kayaknya lebih suka yang sederhana aja.” “Iya. Nanti saudara yang ikut ya yang bisa aja. Tapi kalau kamu menikah kan pada dateng semua. Habis wisuda kan pinginnya?” ibunya memastikan. “Iya.” “Berapa bulan lagi itu?” “Hmmm,” Nendra terdiam. “Cukup enggak ya Ma buat persiapan?” “Cukup insya Allah. Jangan lupa ya, pesan Mama, bilang paklekmu.” Nendra berpamitan. Ia hendak ke rumah sakit terlebih dahulu untuk menyempurnakan beberapa data yang dibutuhkannya sebelum menjemput Davina untuk ke Jogja menengok Amara yang