Amara akan bersiap ke Solo hari ini untuk menghadiri wawancara kerja. Dia akan menggunakan KRL. Evan tadinya menawarkan diri untuk mengantarkan. Tapi karena hari kerja dan Amara tahu suaminya bukan orang yang bisa begitu mudah meninggalkan jadwal mengajarnya, maka Amara dengan penuh pengertian menolaknya. “Mas nanti malah kepikiran kalau batalin kelas meskipun mahasiswa Mas Evan pasti pada happy semua. Aku diantar ke stasiun aja gak apa-apa. Mas Nendra katanya bisa jemput aku kok nanti.” “Beneran Nendra bisa?” “Iya. Nanti aku langsung pulang kalau udah selesai. Mas jemput lagi nanti di Lempuyangan aja yang gak macet.” “Semoga berhasil,” doa Evan tulus. Evan tahu, keberhasilan Amara sama artinya dengan dia harus rela melepas istrinya dan mungkin tak bisa bertemu setiap hari. Atau mere