Evan menghela napas. Ia mendorong piringnya yang sudah kosong, kemudian meneguk air putih di gelas. “Ra,” dia mengelus punggung tangannya yang baru saja mendapat tepukan cukup keras dari Amara. “Makanya dijawab kalau istrinya nanya. Mas Evan lagi merencanakan apa? Mau meninggalkan aku sama bayimu ini hah?” tanya Amara galak. Evan menggelengkan kepala. Bagaimana bisa istrinya berubah galak seperti singa betina yang sedang melindungi anaknya dari tekanan musuh. Hah? Apa itu yang sedang dilakukannya saat ini? “Kamu mikir apa sih? Jangan ngelantur.” “Mas Evan kan yang mulai dulu.” Evan kembali menghela napas. Mungkin memang sudah saatnya ia memberi tahu Amara dan mendiskusikannya berdua. “Bukan begitu, Ra.” “Terus?” “Aku pernah bilang aku sedang proses mencari beasiswa untuk doctoral