Seperti biasa, setiap akhir pekan, Amara akan pulang ke Yogya. Jika dulu ia akan pulang sendiri dan Evan menjemputnya di stasiun Lempuyangan, tapi sejak beberapa pekan belakangan, Evan selalu menjemputnya hingga ke kost menggunakan mobil. Dan mereka akan pulang bersama di malam harinya. “Mas, aku boleh pulang sendiri naik kereta?” tanya Amara melalui sambungan telepon. “Enggak. Nanti aku jemput kayak biasanya,” tolak Evan tegas. “Nanti Mas Evan capek.” “Capek apa. Cuma dua jam bolak-balik.” “Tapi aku pingin naik kereta,” Amara merengek. “Ra, gak aman kamu desak-desakan di KRL. Kamu lagi hamil.” “Tapi aku pingin naik kereta,” desak Amara. Dia seperti anak kecil yang memaksa minta dibelikan mainan pada orang tuanya. Suaranya nyaris memecah menjadi sebuah tangis karena tak dituruti. E