Darrel mengumpat kasar membaca sebuah pesan yang masuk ke ponselnya disertai sebuah gambar. Entah kenapa berita perihal Amara masih saja mempengaruhinya sebegitu besar. Ia memang menyesal melepasnya, apalagi kini melihat mantan kekasihnya itu tampak lebih bahagia bersama kakak tirinya. Seandainya ia bisa lebih hati-hati bermain bersama perempuan lain dan tidak sampai ketahuan, tentu ia kini bisa hidup dengan fasilitas yang lebih nyaman. Darrel menekan tanda panggilan di ponselnya. “Kereta apa?” tanyanya begitu panggilannya tersambung. “KRL,” jawab perempuan di ujung sana. “Darimana?” “Solo.” “Ngapain mereka ke Solo?” “Mana aku tahu.” “Ck. Kalau ngasih info yang lengkap. Kamu turun di mana nanti?” “Lempuyangan.” “Kamu bisa cari tahu mereka turun dimana?” “Hah gimana caranya? Kaka