Evan sampai ke rumah mertuanya jam empat lewat sepuluh menit. Bapaknya sudah menyambutnya di teras dengan wajah begitu berseri mendapati menantunya mau datang tanpa anak gadisnya. “Langsung dari kampus?” “Nggih, Pak,” Evan mencium tangan laki-laki itu. “Ayo, masuk. Ara tadi Bapak telepon lagi jalan ke Solo katanya, bener sudah ijin kamu?” “Sudah, Pak.” “Kalau Ara pamit pergi, tolong ditanyakan kemana, sama siapa, pulang jam berapa. Jangan dibiarkan lepas sendiri.” Evan hanya diam mengikuti mertuanya ke ruang tengah. Sebuah laptop yang tampak sudah tua ada di atas meja. “Ini kenapa, Pak?” Evan meletakkan tas punggungnya dan menyalakan laptop tersebut. “Suka mati sendiri. Ara bilang sih usianya sudah tua, sudah harus diganti.” Seorang asisten rumah tangga mengantarkan dua cangkir te