Davina sedang menghabiskan makan siangnya saat seseorang masuk. Sudah dua hari ini ia dipindahkan shift pagi secara mendadak. Ia tahu siapa yang mengusahakan itu. Dan meski ia tak enak hati, toh ia tak kuasa memprotesnya. “Dokter Davina, selamat siang,” sapa seorang perempuan dengan santun. Davina celingukan memastikan tak ada orang yang melihatnya, membuat tamunya tersenyum trenyuh. “Ibu Sania? Ada apa?” tanya Davina, ada kekhawatiran dalam suaranya. Khawatir antara ada yang darurat, dan ada orang lain yang melihat mereka. Perempuan yang dipanggilnya Ibu Sania itu tersenyum. “Saya diperintah dokter Abbas untuk memanggil Dokter Davina ke ruangan beliau.” “Sekarang?” Sania mengangguk. Ia adalah perempuan baya berusia empat puluhan dengan jilbab menghiasi kepalanya. Tatapannya begitu