Aku menatap wajah mungil Billy, usianya baru lima bulan, badannya sudah sangat padat, ia sudah pintar berceloteh dan senyumnya dapat meluluhkan hati setiap orang yang menatapnya. Senyumnya manis, kata Edward mirip denganku, tapi hidung dan matanya mirip Romi. Aku menyandarkan pipiku yang bersandar pada lengan kananku di box bayi Billy. Sudah hampir satu jam aku termenung menatap wajah Billy yang sedang tertidur pulas. Kejadian semalam membuatku tidak ingin berjauhan terlalu lama lagi dengannya. Aku merasa bersalah atas kejadian kemarin. Aku sudah cukup lama meninggalkan Billy, saat sampai Indonesia bukannya langsung menjemput nya malah pergi dulu. Entahlah, aku merasa menjadi ibu yang paling berdosa bila mengingat itu. Fia duduk di sebelahku, ia menarik sofa kecil yang terdapat di ka