Zea sudah ada ditahap lelah dan juga muak. Ia enggan menuruti perintah Aldi lagi. Masa bodoh meskipun di deadline sampai nanti siang, ia akan mengumpulkan revisi skripsinya minggu depan saja. Karena untuk saat ini, menemani Arhan datang ke acara pernikahan itu jauh lebih penting. "Nggak papa, nih? Nggak takut dimarahin Dosen kamu?" tanya Arhan memastikan. Saat ini mereka sudah berada di dalam mobil, tapi Arhan belum melajukan mobilnya. "Nggak papa. Aku udah capek banget, Han, ngadepin dia. Berbulan-bulan aku hidup kayak gini. Dipaksa, disiksa, dipersulit, diperlakukan seenaknya. Aku udah nggak kuat, Han, sebenarnya. Tapi kalau lapor ke pihak kampus pun percuma. Mereka nggak ada yang memihak aku soalnya." Arhan menghela napasnya. Ia turut prihatin, mendengar ki