“Orang tulus nggak akan pernah menang, dia akan mengalah dengan rasa bersalah.” Satria berkata sembari duduk di samping adiknya yang saat ini sedang merenung di dalam kamar. Ia kemudian memberikan minuman yang ia bawa pada Zea, namun Zea hanya diam saja dengan pandangan kosong. Satria tersenyum simpul. Ditariknya kepala adiknya dengan lembut, lalu ia letakkan di pundaknya sambil ia elus-elus bahunya. “Abang tau, ini berat banget buat kamu. Tapi pada akhirnya, kamu nggak akan menang dan Ibu nggak akan pernah kalah.” Zea paham perkataan abangnya. Ibunya adalah orang yang paling keras kepala diantara mereka. Siapapun yang berani membantah ucapannya, ibunya tidak akan segan untuk menghardiknya. “Zea nggak mau, Bang. Zea belum siap nikah. Hidup Zea masih berantakan banget. Lagian Zea se