Pagi hari yang terasa sangat aneh bagi Zea. Biasanya ketika bangun tidur, ia selalu dibingungkan oleh skripsi. Namun kali ini, ia dibingungkan oleh selimut yang menempel di tubuhnya. “Perasaan tadi malam nggak pakai selimut deh,” gumam Zea. “Masa iya diselimutin sama si rewel? Nggak mungkin, ah. Dunia bisa kiamat kalau dia seperhatian itu.” Dia bergumam lagi sambil melirik Sena yang masih tertidur lelap di sampingnya. “Nggak mungkin juga kalau bocah ini. Tidurnya aja lebih dulu dia daripada gue,” ucapnya lagi. “Tau, ah. Pusing amat mikir ginian. Anggap aja ada Malaikat yang lagi baik ke gue.” Zea kemudian bangun dari tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi. Karena tidak membawa sikat gigi, jadi ia hanya cuci muka saja. Lagipula setelah ini ia akan langsung pulang, jadi tidak per