Zea tentu saja terkejut dengan kemunculan Sena yang tiba-tiba berada di tempat seramai ini tanpa didampingi orang tuanya. Ia sampai memastikan berkali-kali, kalau anak kecil yang menghampirinya ini benar-benar Sena. “Sena? Kok kamu bisa ada di sini?” tanya Zea heboh. Ia sampai menoleh ke kanan kiri untuk mencari papanya bocah ini. “Papa kamu mana?” tanyanya lagi. Namun bocah itu hanya mengangkat kedua bahunya acuh. “Siapa, Ze?” tanya pria yang duduk di depannya. Ya, siapa lagi kalau bukan pacarnya. Ia tidak mungkin pergi dengan pria lain selain Dafa dan si boti, Bunda Sela. Karena Dafa ini termasuk pacar yang posesif dan mudah sekali cemburu. “Anak orang,” jawab Zea. Ia kemudian menyuruh Sena untuk duduk di sampingnya. “Tunggu bentar. Aku telfonin Papa kamu,” ucapnya pada Sena.