“Lo kalau mau ciuman jangan di depan anak gue, dong! Jadi kotor nih, mata anak gue,” omel Zea. Malik meminum airnya sambil menahan tawa. Kemudian ia membalas ucapan kakaknya, “Demi Tuhan, Kak. Gue nggak ada cium-cium Caca. Anak lo aja tuh, yang lemes mulutnya,” bantahnya. “Anak kecil nggak pernah bohong, Lik. Mulai sekarang kalau mau ngapa-ngapain itu dilihat dulu kondisinya,” sahut Dewi menegur anaknya. Malik mendengus kesal. Mau sekuat apapun ia membela dirinya, ibunya pasti akan tetap membela cucunya. Itu sudah menjadi hukum alam, jika anak terakhir akan selalu kalah dengan Cucu pertama. “Pergi aja yuk, Ca. Habis kita, kalau lama-lama di sini.” Malik bangun dari duduknya dan menarik Caca untuk pergi dari sana. Sedangkan Caca yang sudah terlanjur malu pun memilih untuk menurut sa