Zea terbangun ketika sinar matahari mulai memasuki celah-celah kamar. Walau masih mengantuk, ia tetap memaksa dirinya untuk bangkit dari tempat tidur. Ini sudah jam tujuh lebih, apa kata ibunya Aldi kalau melihat dirinya molor seperti ini? Sebelum masuk ke kamar mandi, ia mengaca di depan kaca wastafel terlebih dahulu. Memperhatikan matanya yang sedikit sembab akibat menangis semalam. “Sialan nih, Aldi. Bibir gue digigit sampai berdarah gini,” gumamnya. Sambil membersihkan sisa darah yang ada di bibirnya. Mengingat kejadian semalam, pipi Zea kembali merona. Ia memegang pipinya sambil senyum-senyum sendiri. Seperti orang yang lagi kasmaran. Ceklek. Zea langsung menoleh ke belakang saat mendengar suara pintu yang terbuka. “Kakak Zea …” panggil Sena dengan suara serak. “Iya, Say