Sesuai dugaan Zea, ia dijemput oleh abangnya pasti ada sangkut pautnya dengan Niko. Lamaran yang waktu itu gagal, rencananya akan diulang lagi pada besok pagi, menunggu Niko pulang dari dinas. Jangan tanyakan, bagaimana keadaan Zea saat ini. Ia hanya bisa menangis dan merenung di dalam kamar, mau menelepon Aldi pun tidak bisa, karena sedari tadi Kakak iparnya memantaunya. Satria juga tidak bisa berbuat apa-apa. Pria itu sama pasrahnya seperti dirinya. “Udah, ih. Jangan nangis mulu. Percuma. Kamu bakal tetap dinikahin sama Niko,” omel sang Kakak ipar, yang saat ini sedang berdiri di tengah-tengah pintu. Zea tak menghiraukannya. Ia tetap menangis sesegukan sambil memeluk gulingnya. Tak lama kemudian, Satria, Irfan dan juga ibunya ikut masuk ke dalam kamar. Satria duduk di sampingnya,