Aku berlari,
mengikuti aliran arus yang tidak terbaca,
menembus gelapnya dunia tanpa tahu arah.
Demi sebuah takdir yang tampak tak nyata,
di luar itu semua, sekali lagi aku bertanya,
apa semua ini akan berakhir bahagia?
∞
Perasaan itu kembali, perasaan familiar yang tidak Stara pahami. Namun di luar itu, perasaan tidak karuan tiap kali nama Park Jisung disebut lebih mendominasi, namun kali ini dengan tambahan cerita tentang masa lalunya, Stara mendadak marah dan sedih di saat yang bersamaan.
Stara menoleh pada Jaemin bersamaan dengan satu bulir air matanya yang jatuh. “Jaem, udah berapa kali dia muncul di mimpi kamu?”
“Dua atau tiga? ... Gue lupa tepatnya.”
“Kalau dia udah muncul sesering itu, berarti udah jelas. Dia memang salah satu Bintang yang aku cari.” Punggung tangan Stara terangkat untuk menghapus air matanya. “Maaf, aku tiba-tiba nangis. Karena aku terhubung sama perasaan para Bintang Pendamping, udah jadi hal wajar kalau emosi aku berubah ketika dengar cerita Echan tadi, aku ngerasa sedih dan marah. Jadi, aku harap kalian mau bantu aku buat ketemu sama Park Jisung lagi.”
“Tapi dia buronan Korea Selatan, Stara!” Haechan berteriak hingga membuat Stara mengerjap kaget.
“Jangan bentak-bentak, dong, nanti aku pingsan!” Stara balas membentak, dia menangis lagi entah untuk alasan apa. “Dengar, ya, kalau aku enggak berhasil selesain tugas aku, bukan cuma langit yang bakal hancur, tapi dunia kalian juga! Emang kalian mau pulang lebih cepat?!”
“Duh ... jangan nangis, dong!” Haechan panik sendiri melihat air mata Stara yang tidak mau berhenti.
“Denger gue dulu,” Jaemin menyela perdebatan mereka, kepalanya berdenyut pusing sekarang. “Bukan Jisung masalahnya sekarang, tapi seseorang yang bakal dia bunuh. Namanya juga muncul di mimpi gue, bahkan ada satu nama lagi.”
“Siapa?” Stara dan Haechan kompak bertanya.
“Renjun dan Chenle.” Jaemin memberi jeda sejenak, tampak ragu untuk mengatakan kalimat selanjutnya, tapi dia tau kalau dia harus mengatakannya. “Dan kalau mimpi gue bener, Renjun adalah pembuka portal yang Stara cari.”
Kedua mata Stara langsung berbinar senang, tanpa tahu bahaya apa yang akan menantinya, gadis itu berucap dengan penuh semangat. “Kita harus ketemu Renjun, sekarang juga.”
*
“Kamu kenapa enggak bilang, kalau Renjun itu orang penting.” Stara misuh-misuh sendiri di pelantaran depan Hotel. Setelah mencari sedikit info tentang lelang lukisan di dalam berita, mereka akhirnya menemukan tempat yang akan Renjun datangi.
Namun, ketika mereka sampai. Penjaga tidak memperbolehkan mereka masuk, karena mereka tidak memiliki undangan untuk masuk ke acara penting ini. Tidak mungkin, kan, mereka berkata yang sesungguhnya? Yang ada, penjaga itu malah akan mentertawakan mereka nantinya.
“Kan, gue enggak tau. Lagian, di mimpi gue, kita ketemunya juga di rumah Haechan bukan di aula hotel.” Jaemin menjawab sinis, kesal karena sedari tadi terus disalahkan.
“Udah, deh, tunggu aja, ngeluh mulu lo kayak pengangguran.”
Jaemin berdecak mendengarnya. “Besok-besok kalau gue gajian, gue beliin kaca, deh, lo, ya, ingetin aja gue.”
Stara tertawa kecil, setidaknya penantian mereka tidak begitu membosankan karena ada Haechan di sini. Seperti moodbooster, Haechan selalu bisa mencairkan suasana setegang apa pun. Kadang Stara heran, mengapa Haechan bisa seceria itu padahal kehidupannya pun susah? Lagipula, kenapa laki-laki itu tidak mencari kerja?
“Eh, itu!” Telunjuk Jaemin mengarah pada seorang gadis yang baru saja keluar dari pintu Hotel, Jaemin tidak tahu namanya, tapi yang jelas gadis itu juga muncul di dalam mimpinya.
Sebagai saudara kembar Renjun.
Tanpa basa-basi, Jaemin segera berlari mengejar gadis itu—karena jarak mereka lumayan jauh, Stara dan Haechan yang kaget langsung bergegas mengikuti tanpa berkomentar sedikit pun.
“Tunggu!” Jaemin berhasil mencekal lengannya, gadis itu langsung berbalik dengan wajah bingung.
“Sorry?” Seakan tersadar bahwa tindakan laki-laki di hadapannya ini tidak patut untuk dilakukan apalagi mereka baru bertemu hari ini, gadis itu langsung buru-buru melepaskan tangannya dari cekalan Jaemin. “Ada apa, ya? Gue buru-buru.”
“Dia bisa bicara bahasa kita, Ra.” Di belakang Jaemin, Haechan berbisik kepada Stara. Padahal gadis itu tidak berasal dari Seoul, tapi entah kenapa kalimatnya terdengar sangat fasih seperti pernah tinggal di Seoul saja.
“Kita lebih buru-buru!” Itu bukan suara Jaemin, melainkan Stara. Gadis itu menyela cepat ketika selesai bicara dengan Haechan.
Melihat adanya kerutan pada dahi gadis itu, Stara langsung mengulurkan tangannya. “Stara. Aku Bintang yang jatuh dari langit.”
Jaemin dan Haechan sontak menepuk keningnya bersamaan, kenapa Stara selalu memperkenalkan dirinya seperti itu pada orang tidak dikenal? Padahal belum tentu orang-orang itu baik.
Gadis itu terkekeh sebentar, namun tak urung menyambut uluran tangan Stara yang hangat. “Huang Reana.” Balasnya memperkenalkan diri. “Gue fasih bahasa kalian karena ayah mengharuskan gue buat bisa menguasai beberapa bahasa, jadi gue harap kalian enggak kaget.”
Stara mangut-mangut mengerti, untung saja semuanya jadi lebih mudah untuknya. “Jadi gini, Reana.” Tak ingin berbasa-basi, Stara menarik lembut lengan Reana untuk kembali mendekati Hotel. “Ada seseorang yang bakal terbunuh hari ini, dan kami butuh bantuan Renjun buat menyelamatkan dia, apa kamu bisa bantu kami masuk dan ketemu sama Renjun? Renjun kakak kamu, kan?”
Walaupun bingung, Reana tetap menjawab dengan sopan. “Bukan. Renjun saudara kembar aku. Tapi ... kenapa harus Renjun?”
Stara tersenyum tipis, sudah mengetahui kalau Reana akan mempertanyakan ini.
“Aku tau, Renjun bisa membuat portal dimensi.”
Reana tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya. Selama ini, hanya Renjun, dirinya dan mendiang ibu mereka yang mengetahui kemampuan spesial itu, tapi kenapa orang lain yang bahkan tidak dirinya kenal bisa mengetahuinya?
“Seperti yang aku bilang tadi, aku ini Bintang—yang berarti, aku bukan manusia. Dan, seseorang akan terbunuh hari ini kalau kamu enggak bergerak cepat buat nemuin aku sama Renjun.”
Reana tidak tahu apa yang dia lakukan, tapi kali ini dia hanya ingin mengikuti kata hatinya. Dengan gerakan cepat dia menggenggam balik jemari Stara lalu menariknya untuk memasuki Hotel.
“Kamu bakal ketemu sama Renjun.”