16 - Five Stars (2)

1064 Kata
Lima dari tujuh Bintang, aku sudah berhasil menemukannya. ∞   “Jadi, kenapa kalian bisa tau kemampuan gue?” Jaemin menyenggol lengan Stara dengan kuat, memaksa gadis itu untuk sadar dari ketersimaannya pada wajah Renjun. Sedangkan Renjun yang sejak lima menit lalu ditatap seperti itu hanya bisa mengulas senyum tipis, dan tanpa Renjun duga, tindakannya itu semakin membuat Stara terlihat seperti orang gila. Tersenyum-senyum tidak jelas sambil menatap wajah Renjun tanpa berkedip. Jaemin berdiri, lalu mendorong wajah Stara menjauh. “Gue yang bakal jelasin, tapi sebelum itu, bisa enggak Reana keluar dulu?” tanya Jaemin, pasalnya kembaran Renjun tersebut tidak memiliki kemampuan apa pun, dan untuk membahas masalah Stara ini, dia tidak bisa asal bicara apalagi di depan orang lain yang bahkan tidak ikut terlibat. “Enggak usah!” Stara menyahut, lalu menatap Reana dengan polosnya. “Kamu di sini aja, dengerin juga enggak apa-apa. Nanti kalau udah selesai, ingatan kamu tinggal aku hapus, jadi kamu lupa lagi.” Haechan tergelak, padahal Stara tidak melawak, tapi ucapannya sungguh membuat humor Haechan hancur. Sulit memang menjadi Haechan, sudah pengangguran, punya selera humor rendahan pula. Jaemin tidak mau ambil pusing, dia harus cepat sebelum semuanya terlambat. “Sebelumnya, gue enggak mau tau, lo harus percaya sama semua hal yang gue omongin dan lo harus lakuin apa pun yang cewek itu suruh.” Jaemin menunjuk Stara dengan telunjuknya. “Pertama, cewek itu bukan manusia. Kedua, lo enggak perlu takut karena kita semua bukan penculik. Ketiga, ada seseorang yang bakal mati hari ini kalau lo enggak bantuin kita. Dan terakhir—suruh apa, nih, Ra?” Jaemin berpaling menatap Stara, untungnya gadis itu tidak terlihat seperti tadi. Dia sudah lebih serius sekarang walaupun bibirnya mengerucut sebal karena perlakuan Jaemin tadi. “Renjun-ku yang tampan. Aku tau kamu bisa buat portal menuju tempat yang bahkan terlalu jauh untuk didatangi. Jadi, aku butuh kemampuan kamu sekarang buat bantuin seseorang yang bakal terbunuh hari ini. Kamu harus buat portal menuju aula terbesar di Shanghai sekarang.” Renjun tersentak kaget begitu mendengar kata Shanghai, namun sebisa mungkin dia menutupi semuanya. “Siapa yang bakal terbunuh?” “Zh─” “Kita enggak tau namanya, yang jelas, kalau lo enggak gerak sekarang, dia bakal mati!” Haechan menyela cepat disertai dengan bentakan keras, berbeda dengan Haechan yang beberapa menit lalu sempat tertawa lepas, sekarang dia terlihat sangat serius entah karena alasan apa. Renjun menghela napas. “Oke, Gue perlu sepuluh menit buat gambar lebih dulu.” Putusnya. “Gambar?” Kening Stara mengkerut, namun tiba-tiba raut wajahnya berubah lagi kala mengingat sesuatu. “Ternyata kemampuan kamu belum terlalu berkembang. Sepuluh menit, kami tunggu!” Stara bangkit, menghampiri Reana yang masih setia duduk di salah satu kursi. Stara tersenyum tipis ketika berhasil mengunci pergerakan mata Reana. “Aku minta maaf karena harus ngelakuin ini, tapi harus kulakukan karena kamu enggak boleh terlibat dalam takdirku. Jadi Reana, kamu akan melupakan apa pun tentang semua percakapan kami tadi.” * Ketika mereka sampai di depan Aula Shanghai, keadaan sudah lumayan ricuh entah karena apa. Mereka berempat—tanpa Reana tentunya, langsung bergegas mendekat ke arah seorang laki-laki yang terlihat sibuk mengurus anak-anak yang terlihat ketakutan. Jaemin berhenti melangkah saat ada sekelebat peristiwa muncul di kepalanya, Jaemin tidak mengetahui siapa tokoh yang muncul dalam pikirannya, hanya saja saat seseorang yang lain muncul Jaemin langsung bisa menebak kalau itu seseorang yang dia kenal. Park Jisung. “Ruang tunggu! Mereka di ruang tunggu!” ucap Jaemin panik. “Jun, lo sama Haechan bantu tenangin anak-anak dulu, ya. Gue takut, mimpi tentang bom itu beneran ada, gue harus ke belakang buat selamatin Chenle!” Jaemin langsung menarik tangan Stara menjauh dari sana, meninggalkan ekspresi Renjun yang mendadak menegang karena sebaris nama yang terlontar dari bibir Jaemin tadi. Chenle? Jaemin terus berlari menyusuri lorong besar aula, dia terus mengumpat karena aula ini terlalu lebar sehingga sedikit sulit menemukan keberadaan mereka. “Itu!” Stara menunjuk sebuah ruangan dengan tulisan ruang tunggu di depannya. Jaemin berlari lebih dulu lalu membuka pintu itu dengan tidak santai. Kedua matanya membulat begitu melihat Jisung sedang mencekik seseorang yang Jaemin yakini sebagai Chenle, tanpa bisa dicegah Jaemin berteriak berusaha menghentikannya. “PARK JISUNG!” Jisung menoleh, tidak bisa menahan keterkejutannya ketika melihat sosok Jaemin di ambang pintu, tapi yang membuatnya lebih terkejut lagi karena adanya kehadiran gadis itu, Stara. “Kenapa lo bisa ada di sini?” tanya Jisung dengan suara dingin, matanya menyorot tajam pada Stara. Stara menggeleng, air matanya mulai mengumpul di pelupuk matanya begitu melihat kejadian ini secara langsung. “Lepasin ... lepasin dia, Jisung,” lirih Stara pelan. Stara benar-benar takut terjadi apa-apa pada Chenle. Jisung tidak menghiraukannya, laki-laki itu justru menarik Chenle untuk mundur sedikit menjauh dari Stara dan Jaemin. “LEPASIN DIA!” Jisung sontak mengendurkan cengkramannya pada leher Chenle, tangannya bergetar tanpa bisa dicegah, hanya karena seorang gadis? Sedangkan Chenle sudah tersungkur ke lantai dengan keadaan tidak sadarkan diri. “Kamu Bintang Pendamping aku, dan udah seharusnya kamu turutin semua perintahku.” Stara bergumam penuh penekanan, gadis itu melangkah pelan, mendekati Jisung yang sekarang sedang berusaha mengatur ekspresinya. “JANGAN MENGHILANG, JISUNG!” Stara berteriak lagi begitu Jisung sudah menghilang dari hadapannya, dengan cepat bibirnya mengucapkan sebuah kata yang menjadi sumber paling besar dari kemampuannya. “FOS!” BRAK! Cahaya bersinar dari tubuh Stara bersamaan dengan tubuh Jisung yang kini terlihat dan sudah terpental ke dinding. Kejadian itu tidak hanya terlihat oleh mata Jaemin dan Jisung, melainkan terlihat juga oleh sepasang mata milik Renjun dan Haechan yang baru sampai di depan pintu. Stara terlihat bingung, dia ingin mendekati Chenle, tapi hatinya juga tergerak ingin membantu Jisung yang sudah pingsan di sana. Stara jadi merasa sesak secara tiba-tiba. “Renjun, apa kamu bisa bawa kita balik ke Jeju sekarang?” “Bisa.” Renjun bernapas sedikit lega, menyadari bahwa tindakannya yang melukis dua tempat sekaligus ternyata berguna. Sebenarnya Renjun hanya butuh waktu lima menit untuk menggambar, tapi karena firasatnya tidak enak, jadi dia meminta waktu sepuluh menit untuk membuat dua gambar. Aula Shanghai dan Hotel Jeju tempat pertama kali mereka bertemu. Renjun segera membuka portal agar mereka bisa langsung kembali ke Jeju, bersama dengan Chenle yang berada digendongan Haechan, dan Jisung yang dipapah oleh Jaemin. Sebelum Stara masuk ke dalam portal, dia menyadari sesuatu tentang kemampuannya. Dia bisa begitu kuat dan lebih terang daripada sebelum-sebelumnya karena satu alasan yang jelas. Karena sudah ada lima Bintang Pendamping yang berada di dekatnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN