Pria itu tersenyum kecut menatap lekat nisan di hadapannya. “Mereka semua sangat merindukanmu.” Ucap pria itu lalu menundukkan kepalanya. Air mata mulai menetes di sudut matanya. “Maafkan…” “Maafkan Abi sayang. Abi tidak bisa membuatmu bahagia semasa kau hidup.” Ucap pria itu dengan suara lirih, Zharif Abraham Althaf. Dalam diamnya, dia terus meneteskan air matanya. ..**.. Zharif selalu mengunjungi makam Asyara setiap seminggu sekali. Dan selalu membawa bunga mawar putih favorit almarhumah putri keduanya itu. Dia masih menyesali sikapnya terhadap almarhumah putri kandungnya belasan tahun yang lalu. Saat kejadian kematian putri kandungnya, Zharif berusaha meminta bantuan para petugas medis untuk menyelamatkan putri kandung